Lihat ke Halaman Asli

FATI LAZIRA

Advokat dan Konsultan Hukum

Menulislah, Apapun Itu!

Diperbarui: 22 Maret 2021   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Menulislah, apapun. Jangan takut tulisanmu tidak dibaca orang, yang penting tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna" - Pramoedya Ananta Toer.

Keinginan saya untuk terus (mencoba) menulis, berangkat dari kecintaan saya terhadap sastra - yah, mungkin tidak sedalam cinta orang lain. Dimulai, tatkala saya berkenalan dengan Pramoedya Ananta Toer, lewat novelnya yang populer "Tetralogi Buru atau Tetralogi Pulau Buru atau Tetralogi Bumi Manusia". Novel itu terdiri atas 4 (empat) buku: 

  1. Bumi Manusia (1980; 1981)
  2. Anak Semua Bangsa (1981; 1981)
  3. Jejak Langkah (1985; 1985)
  4. Rumah Kaca (1988; 1988)

Kala itu, ditengah "kesibukan" sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FH UAJY), saya kadang "mencuri" waktu untuk "menikmati" karya-karya tangannya Pram. Demikian orang kebanyakan menyebut namanya, singkat - Pram. Membutuhkan waktu kurang lebih 6 (enam bulan), untuk menuntaskan 4 (empat) buku dengan ketebalan yang lumayan itu. Anehnya, membaca karya-karya Pram, saya "seolah-olah" menjadi bagian dari ceritanya.

Pram bukan orang biasa. Ia orang luar biasa, yang karya-karyanya berkontribusi bagi kemanusiaan. Ia telah menghasilkan puluhan karya, diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa pula.  Beberapa karya "dilahirkan" dalam proses pembuangannya. 

Pada 1965 ia ditangkap pemerintah Orde Baru atas keterlibatannya di Lembaga Kebudayaan Jakarta (Lekra). Lekra dianggap terlibat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Belasan  tahun, di tahan di Pulau Buru. Di sana, ia menulis Tetralogi Buru, dan beberapa karya lainnya. Banyak pula karya-karyanya "dihilangkan", karena dianggap (berpotensi) mengganggu status quo pemerintahan saat itu.

Pram bukan orang biasa. Ia pernah bilang: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah". Pesan-pesannya yang menginspirasi, kadang "mengganggu" kemalasan saya. Karenanya, saya terkadang tergerak untuk menulis, apapun itu, semata-mata karena saya ingin menulis, terutama bertalian dengan bidang yang saya tekuni: hukum.

Dan pada kenyataannya, seorang ahli atau praktisi hukum, terutama profesional (pengacara), dituntut bisa menulis. Lewat tulisan, sebuah peristiwa hukum atau fakta, dapat tergambarkan. Dengan tulisan, kebenaran dan keadilan dapat ditegakkan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline