Lihat ke Halaman Asli

fathul geograf

Penulis Buku dan Peneliti

Inovasi Silika Aerogel dari Ampas Tebu untuk Mendorong Kehidupan Rendah Karbon

Diperbarui: 14 Oktober 2024   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber : Editing Penulis - AI

Fathul Bari

Solusi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, memerlukan pengembangan material ramah lingkungan menjadi salah satu kunci untuk mencapai kehidupan rendah karbon. 

Salah satu inovasi menarik yang dapat mendukung upaya ini adalah silika aerogel berbasis ampas tebu. Silika aerogel dikenal sebagai material yang sangat ringan dan memiliki konduktivitas termal yang rendah, sehingga menjadikannya sebagai isolator termal yang sangat efektif.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan gula menjadi salah satu kebutuhan pokok tertinggi dengan tebu sebagai bahan bakunya. Dalam proses produksinya mengasilkan limbah berupa ampas tebu. 

Limbah yang dihasilkan mencapai 32% per tahunnya, padalah dari limbah tersebut mengandung 68,5% silika yang artinya dapat dimanfaatkan Kembali selain utnuk mengurangi limbah yang terbuang dapat mengurangi emisi CO2. Kadar silika yang tinggi dapat dimanfaatkan dalam pembuatan material berbasis silika. 

Silika merupakan senyawa organik dengan karakteristik memiliki kestabilan mekanik dan termal tinggi, sifat absorpsi yang baik dan mudah dimodifikasi dengan senyawa kimia tertentu. Dalam pemanfaatannya silika dapat digunakan sebagai adsorben. 

Silika aerogel dapat menjadi solusi dalam masalah ini, dimana silika aerogel dapat menyerap emisi CO2 pada kendaraan bermotor, dan Ketika kapsitas penyerapan tersebut penuh, maka cukup dilakukan pemanasan Kembali untuk mengeluarkan gas yang diserap dalam fasa cair, kemudian silika aerogel dapat digunakan kembali (Ramadhan, 76:2023).

Jejak karbon adalah gas emisi yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia pada kurun waktu tertentu, seperti penggunaan kerdaraan berbahan bakar fosil. 

Menurut, IESR bahwa satu kendaran bermotor dapat menghasilkan CO2 sebanyak 14,8 gram per kilometer yang berarti Indonesia saat ini telah berada dalam masalah jejak karbon yang sangat tinggi. 

Proses penanganan konvensional dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan dan perubahan iklim tersebut dilakukan dengan penanaman hutan Kembali (reboisasi) (Ramadhan, 2023).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline