Fathul Bari
Pendahuluan
Beragam upaya guna mengatasi permasalahan lingkungan, menjadikan teknologi bioenergi semakin banyak diperkenalkan, salah satunya adalah Microbial Fuel Cell (MFC). Teknologi ini memanfaatkan mikroorganisme untuk mengubah limbah organik menjadi energi listrik. Salah satu inovasi terkini dalam MFC adalah Continuous-flow Microbial Fuel Cell (CW-MFC), yang menawarkan efisiensi lebih baik dalam pengolahan limbah.
Limbah air wudhu, sebagai salah satu limbah domestik yang kaya akan bahan organik, menjadi target penelitian ini. Penelitian ini mengeksplorasi pemanfaatan molases sebagai sumber karbon dan Leptochola fusca sebagai inokulum mikroba dalam CW-MFC untuk menghasilkan biosensor yang efektif dalam mendeteksi kontaminan di limbah air wudhu.
Metode
CW-MFC yang dirancang dalam penelitian ini terdiri dari dua kompartemen: anoda dan katoda. Pada kompartemen anoda, molases digunakan sebagai sumber karbon. Molases adalah produk sampingan dari proses pemurnian tebu yang kaya akan glukosa, fruktosa dan berbagai nutrisi, sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan mikroba.
Leptochola fusca, sebagai spesies rumput yang memiliki potensi dalam mendukung proses biokimia, digunakan sebagai inokulum untuk meningkatkan laju konversi bahan organik menjadi energi.
Setelah mempersiapkan substrat CW-MFC, limbah air wudhu yang telah diproses akan dialirkan secara terus-menerus melalui sistem ini. Parameter kinerja, seperti arus listrik yang dihasilkan, akan diukur secara berkala. Selain itu, kualitas limbah air sebelum dan setelah pengolahan akan dianalisis untuk mengevaluasi efektivitas sistem dalam mengurangi kontaminan.
Hasil dan Diskusi
Hasil awal menunjukkan bahwa penggunaan molases dan Leptochola fusca dalam CW-MFC menghasilkan arus listrik yang signifikan. Pengujian menunjukkan bahwa dengan mengalirkan limbah air wudhu yang terkontaminasi, arus listrik yang dihasilkan dapat mencapai nilai optimal dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini menunjukkan potensi sistem CW-MFC sebagai biosensor yang mampu mendeteksi keberadaan kontaminan dalam limbah.