Lihat ke Halaman Asli

fathul geograf

Suka Menulis

Eksplorasi Energi Geothermal Laut: Solusi Hybrid GeoTec Menuju Kemandirian Energi 2030

Diperbarui: 6 Oktober 2024   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Penulis

Fathul Bari

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi di Indonesia, menyebabkan ketergantungan pada sumber energi fosil sehingga menimbulkan tantangan besar. Sumber daya ini tidak hanya terbatas, tetapi juga berkontribusi pada perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Melalui upaya global menuju energi bersih dan berkelanjutan, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan sumber daya alamnya, khususnya energi geothermal bawah laut untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat. Salah satu solusi inovatif yang mulai dikembangkan adalah Ocean Geothermal Power Project berbasis teknologi Hybrid GeoTec. Teknologi ini berperan penting dalam mewujudkan swasembada energi di tahun 2030.


Potensi Energi Geothermal Laut

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan potensi geothermal terbesar di dunia. Terletak di Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki sumber energi panas bumi yang melimpah di daratan. Namun, potensi yang tersembunyi di bawah laut belum sepenuhnya dieksplorasi. Laut Indonesia, yang mencakup lebih dari dua pertiga wilayah negara ini, memiliki potensi besar dalam menyediakan sumber energi terbarukan. Pada wilayah di bawah laut, terdapat reservoir panas bumi yang dapat diubah menjadi energi listrik melalui teknologi yang tepat.

Energi geothermal laut bekerja dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari aktivitas vulkanik di dasar laut. Panas ini dapat digunakan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Mealui pemanfaatan teknologi yang inovatif dan ramah lingkungan, potensi ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap kebutuhan energi nasional tanpa merusak lingkungan.

Menurut KESDM (2015) seluruh cadangan minyak di dunia saat ini diyakini bertahan sampai 300 tahun lagi dan Indonesia hanya memiliki 0,3% dari keseluruhan cadangan minyak dunia dan diperkirakan akan habis dalam 1 atau 2 dekade ke depan. Berdasarkan penemuan yang ada, terdapat berbagai energi alternatif di alam yang bisa di jadikan pilihan, diantaranya matahari, air, angin, nuklir dan panas bumi (geothermal). Indonesia sendiri merupakan negara yang beruntung sebab memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia. Potensi panas bumi yang terkandung di Indonesia mencapai 28,618 Megawatt atau 40% dari total cadangan panas bumi dunia. Sayangnya dari total jumlah tersebut baru sekitar 1,341 Megawatt (4,7%) yang dimanfaatkan (Faturrahman, 2021).

            Namun, di lain sisi pemanfaatn geothermal juga menyebabkan kerusakan lingkungan yang perlu dipertimbangan. Eksploitasi geothermal mengalami kecaman akibat isu kerusakan lungkungan. Contoh nyatanya dapat dilihat kasus penolakan dibangunnya PLTP di gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah. Hal ini diakibatkan karena PLTP dianggap merusak aliran mata air dapat berguna bagi perairan sawah, merusak cagar budaya di sekitar lereng dan dapat mengganggu ekosistem alam di sekitar gunung Lawu yang juga menyebabkan berkurangnya hutan lingdung dan penuruan permukaan tanah (Faturrahman, 2021).

Maka dari itu dibuatlah Ocean Geothermal Power Project berbasis ocen geothermal bawah laut, guna meminimalisir penebangan hutan lindung dan mencegah krisis mata air sebagai akibat dari ketinggian permukaan tanah, serta untuk mewujudkan swasembada dan pembangunan berkelanjutan dibidang energi. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan CGG Verietas dan IPG (institute de physique du globe) Paris telah menemukan beberapa gunung berapi di bawah laut di Indonesia. Salah satunya terletak di Bengkulu, Sumatera (Faturrahman, 2021).

Geo-Ocean Thermal Energy Conversion (GeOTEC) dengan Hybryd System yang sangat potensial dikembangkan di wilayah perairan untuk menghasilkan energi listrik menggunakan perbedaan temperature yang berada di antara laut dalam (800 m -- 1000 m) dan perairan dekat permukaan untuk menjalankan mesin kalor. Wilayah laut dengan gunung api bawah laut berpotensi besar dalam penerapan GeOTEC karena menghasilkan termoklin yang tinggi akibat sumber uap panas dari lubang fumarole di sekitar gunung api yang dihasilkan sangat besar yaitu 300o C-400o C dengan faktor kapasistas mencapai 90% - 95 % (Faturrahman, 2021).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline