Lihat ke Halaman Asli

Fathul Aziz

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Aplikasi Instagram Dalam Mengkampanyekan Paslon Urut 02 UU Saeful Dan Nurul Sumarheni

Diperbarui: 4 Januari 2025   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Suara.com

  • Nama : Muhammad Fathul Aziz Al Gifari
  • Npm : 202210415248
  • Dosen Pengampu : Saeful Mujab, S.Sos, M.I.Kom

Abstrak

Makalah ini mengulas penggunaan Instagram sebagai sarana kampanye politik yang mendukung pasangan calon UU Saeful dan Nurul Sumarheni dalam pemilihan kepala daerah di Kota Bekasi. Dengan menggunakan metode kualitatif, studi ini mengeksplorasi konten yang diposting di akun Instagram "simpulbekasi" dengan merujuk pada teori Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication/IMC). Makalah ini terutama berfokus pada lima elemen utama IMC, yaitu pesan merek, pengintegrasian saluran media, interaksi dengan audiens, evaluasi umpan balik, dan konsistensi dalam penyampaian pesan. Hasil dari analisis mengindikasikan bahwa Instagram dapat meningkatkan interaksi audiens dengan menggunakan konten visual yang menarik, bekerja sama dengan figur publik, serta menerapkan pendekatan naratif yang seragam. Namun, keberhasilan kampanye masih menghadapi hambatan dalam mempertahankan konsistensi pesan di berbagai media sosial dan menyesuaikan strategi sesuai dengan tanggapan audiens. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan strategi IMC di Instagram memberikan dampak yang baik dalam membangun citra dan kedekatan antara calon pemimpin dan pemilih, khususnya di kalangan pemilih yang lebih muda.

Kata kunci: Instagram, kampanye politik, komunikasi pemasaran terpadu, keterlibatan audiens, Pilkada Kota Bekasi 

Pendahuluan

Di era digital yang semakin berkembang, media sosial telah menjadi salah satu alat komunikasi utama dalam kehidupan masyarakat, termasuk di dunia politik. Keberadaan platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter memungkinkan komunikasi yang lebih cepat, luas, dan interaktif antara kandidat politik dan pemilihnya (Indrawan & Ilmar, 2020). Media sosial tidak hanya digunakan untuk memperkenalkan program kerja, tetapi juga untuk membangun citra dan kedekatan dengan masyarakat. Berbeda dengan kampanye konvensional yang bergantung pada tatap muka dan pertemuan massal, kampanye politik di media sosial memungkinkan kandidat menjangkau audiens dengan lebih personal dan langsung. Terlebih, media sosial memungkinkan informasi bergerak melampaui batas geografis dengan cepat, menjangkau kalangan pemilih yang lebih muda dan akrab dengan teknologi. Maka, media sosial menjadi bagian penting dalam strategi kampanye politik modern.

Dengan meningkatnya penggunaan media sosial, khususnya Instagram, ada tantangan baru bagi kandidat politik untuk menggunakan platform ini secara efektif dalam menyampaikan pesan kampanye. Instagram, yang berfokus pada visual, memberikan keunggulan bagi kampanye yang ingin menarik perhatian dengan gambar, video, dan desain visual yang menarik. Namun, keunggulan ini juga menghadirkan tantangan bagaimana kandidat dapat memaksimalkan konten yang bersifat visual agar dapat menyampaikan pesan politik dengan baik. Setiap postingan, cerita, atau konten yang diunggah di Instagram harus mampu menarik perhatian audiens sambil tetap menjaga esensi pesan politiknya. Oleh karena itu, pendekatan strategis sangat dibutuhkan untuk mengintegrasikan pesan kampanye yang konsisten, menarik, dan sesuai dengan karakteristik audiens di Instagram.

Dalam dunia politik, efektivitas sebuah kampanye sering kali tidak hanya diukur dari seberapa banyak orang yang melihat atau berinteraksi dengan konten, tetapi juga dari dampaknya terhadap persepsi dan perilaku pemilih. Kampanye politik yang efektif adalah kampanye yang mampu mempengaruhi audiensnya secara emosional dan rasional, sehingga mereka merasa terhubung dengan kandidat yang bersangkutan. Pada saat yang sama, dalam konteks pemilu, setiap kandidat berusaha membangun citra dan kepercayaan publik melalui platform seperti Instagram. Ini memunculkan isu penting terkait cara menyusun pesan yang mampu menarik simpati dan meningkatkan dukungan pemilih. Keterlibatan tokoh publik atau influencer di Instagram sering kali juga dijadikan strategi untuk menarik lebih banyak perhatian dan menguatkan persepsi positif masyarakat terhadap kandidat.

Meningkatnya penggunaan Instagram dalam kampanye politik memunculkan berbagai permasalahan dan tantangan terkait pengukuran efektivitas kampanye. Tidak seperti media konvensional yang memiliki parameter pengukuran yang lebih jelas, kampanye di media sosial memiliki indikator yang lebih kompleks, seperti keterlibatan (engagement), jangkauan (reach), dan tingkat interaksi audiens. Ini mengharuskan setiap tim kampanye untuk terus memonitor respons publik terhadap setiap konten yang dipublikasikan. Dengan beragamnya cara masyarakat mengonsumsi informasi di media sosial, kampanye harus mampu menyesuaikan format dan strategi penyampaian pesan yang relevan. Ketepatan dalam mengukur dan menganalisis efektivitas kampanye menjadi penting agar setiap keputusan yang diambil berbasis data yang akurat.

Urgensi studi tentang efektivitas media sosial, khususnya Instagram, dalam kampanye politik semakin meningkat seiring dengan meningkatnya popularitas platform ini di kalangan pemilih muda. Generasi milenial dan Gen-Z yang menjadi pengguna utama Instagram cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh visual dan konten yang interaktif. Karena itu, kampanye di Instagram yang kreatif dan strategis bisa menjadi kunci dalam menarik perhatian pemilih muda ini. Selain itu, Instagram memberikan peluang bagi kandidat untuk membentuk narasi dan citra yang positif melalui interaksi langsung dengan audiens. Meskipun demikian, tidak semua kandidat memahami atau memiliki strategi yang optimal untuk memanfaatkan Instagram secara efektif. Studi ini, dengan demikian, menjadi penting untuk memberikan wawasan mengenai bagaimana Instagram dapat digunakan secara efektif dalam konteks kampanye politik modern.

Secara keseluruhan, penggunaan Instagram dalam kampanye politik membawa banyak potensi, tetapi juga tantangan yang perlu diteliti lebih lanjut. Sebagai media sosial yang berkembang pesat, Instagram memberikan ruang bagi kandidat untuk lebih dekat dengan pemilihnya melalui pesan visual yang kreatif. Namun, dibutuhkan pemahaman yang mendalam tentang perilaku audiens dan cara mengelola interaksi yang konsisten dan positif. Dalam konteks ini, teori komunikasi pemasaran terpadu (IMC) yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller dapat menjadi kerangka analisis yang efektif. IMC menekankan pentingnya integrasi media dan konsistensi pesan untuk mencapai efektivitas komunikasi. Dengan menggunakan IMC sebagai kerangka teori, studi ini akan menganalisis seberapa jauh Instagram efektif dalam mendukung kampanye politik dan membangun kedekatan kandidat dengan pemilih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline