Lihat ke Halaman Asli

Fathul Ghina

Staff Administrasi

Hapus UN Dan Mata Pelajaran, Nadiem Ungkap Di PBB

Diperbarui: 24 September 2022   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim mengungkap alasan mengenai penghapusan Ujian Nasional dan tes berbasis mata pelajaran di Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Indonesia di forum Transforming Education Summit yang digelar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Senin (19/9/2022).

Hal tersebut dipaparkannya saat menjelaskan sejumlah kebijakan Merdeka Belajar. "Kami menghapus tes berbasis mata pelajaran dan Ujian Nasional, serta tes masuk perguruan tinggi. Ini adalah perubahan radikal yang belum pernah dilakukan sebelumnya," ujarnya.

"Kami menghapus tes berbasis mata pelajaran dan Ujian Nasional, serta tes masuk perguruan tinggi. Ini adalah perubahan radikal yang belum pernah dilakukan sebelumnya," ujarnya.

Ia mengatakan, kebijakan tersebut diambil karena ingin berfokus pada kompetensi dasar para pelajar Indonesia, seperti kemampuan literasi, numerasi, kemampuan memecahkan masalah hingga kemampuan berpikir kritis. 

"Kami berfokus pada kompetensi dasar seperti literasi, numerasi. Dan kami juga menekankan bahwa yang terpenting dalam sistem pendidikan adalah kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis," ujarnya.

Dalam unggahan di media sosial, Nadiem mengatakan melalui berbagai terobosan teknologi dalam Merdeka Belajar yang berfokus pada kebutuhan guru dan peserta didik, Indonesia telah menjadi contoh bagi negara-negara lain, serta siap memimpin transformasi sistem pendidikan global. 

Di forum Transforming Education Summit, dirinya juga menyampaikan bahwa Kemendikbud Ristek juga telah mentransformasi pendidikan guru di Indonesia melalui program Pendidikan Guru Penggerak yang saat ini sudah melatih lebih dari 33.000 guru di seluruh Indonesia.

"Kami juga mentransformasi pendidikan guru agar berfokus pada praktik alih-alih teori, memprioritaskan pembelajaran sejawat dan fokus pada komunitas belajar. Program guru penggerak melatih lebih dari 33.000 agen perubahan yang benar-benar didorong untuk mengambil risiko, untuk berinovasi dan untuk selalu memprioritaskan kebutuhan peserta didik. Kami menyampaikan dengan gamblang bahwa peserta didik berada di atas pemerintah. Kami terus menekankan ini kepada para Guru Penggerak, bahwa prioritas utama adalah peserta didik," ungkapnya.

Platform Merdeka Mengajar, aplikasi SIPLah, serta berbagai produk teknologi yang sudah dikembangkan oleh Kemendikbudristek, jelas Nadiem, juga merupakan bukti nyata pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan yang mampu membantu jutaan guru, dosen, tenaga pendidik, dan siswa dalam menunjang berbagai kebutuhan pembelajaran. 

"Saya optimistis pemanfaatan teknologi akan menciptakan berbagai inovasi yang mampu membawa Indonesia menjadi pemimpin pemulihan dan transformasi pendidikan global dengan semangat #MerdekaBelajar," ungkap Nadiem.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline