Lihat ke Halaman Asli

Fathorrasik

Pengawas Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumenep

Kesempurnaan Dalam Keberagaman

Diperbarui: 28 Oktober 2021   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah pulang dari dhalem Mukidi, hari-hari Markoya berubah drastis. Waktunya lebih banyak dilalui dengan menyendiri. Rupanya wejangan Mukidi cukup membuat batinnya terus berkecamuk. Setiap kata yang keluar dari lisan Mukidi melesat begitu kuat menembus jantung kesadarannya. Kalimat-kalimat itu bak untaian intan berlian yang melumat endapan batu jahiliah di ceruk sanubarinya.

"RASA HAMBAR ITU ADA KARENA KETIADAAN RASA CINTA"

Kalimat itu terus melayang-layang mengitari penjuru langit hatinya. "Bagaimana aku harus memulai belajar mencintai Dzat yang tak kasat mata?" Pertanyaan inilah yang terus bergelayut di awan fikirnya. 

Ditengah kelinglungannya itulah tiba-tiba Markoya dikejutkan oleh suara ketukan pintu diiringi salam. 

"Assalamualaikum..."

"Assalamualaikum..."

Markoya bergegas menuju pintu dan membukanya.

"Waalaikumussalam. Alhamdulillah...rupanya guru. Mari masuk, Guru!", jawab Markoya dengan nada gembira

Markoya tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya melihat Mukidi datang. Setelah mempersilahkan duduk, Markoya segera pamit ke dapur untuk membuat kopi kesukaan gurunya.

"Pamit ke dapur dulu, guru"

"Gak usah repot-repot, Mar" tukas Mukidi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline