Lihat ke Halaman Asli

Fathoni Arief

Rakyat biasa

Berlibur ke Kota Tulungagung..

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_151839" align="aligncenter" width="448" caption="doc.Fathoni Arief"][/caption] Jika anda kebetulan bepergian ke Jawa Timur sekali-sekali mampir saja ke kota Tulungagung. Kota kecil yang terus berkembang ini akan menyambut anda dengan berbagai tujuan wisata baik itu alam, budaya, sejarah maupun kuliner. Semuanya bisa dijangkau dengan akses yang relatif sudah cukup bagus.

Sarana transportasi ke kota ini sekarang juga cukup memadai apalagi ada kereta dari berbagai kota besar yang menuju kota ini, sebut saja kereta api Gajayana, Malabar, Senja Kediri, dan Matarmaja. Dengan kereta tersebut anda bisa memulai perjalanan dari berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Purwokerto, Solo dan kota-kota lain yang dilalui. Atau bisa juga menggunakan bus.

Jika memilih menggunakan kereta api turun saja di stasiun kota Tulungagung. Stasiun ini terletak berdekatan dengan pusat kota. Jika barang bawaan anda tidak terlalu berat dan merepotkan berjalan kaki menikmati suasana kota kecil bisa menjadi pengalaman tersendiri.

Di sebelah Barat stasiun letaknya sekira 1,5 km terdapat alun-alun kota. Alun-alun yang dulunya berupa lapangan rumput kosong telah disulap menjadi paru-paru sekaligus taman kota. Di taman Kusuma Wicitra ini anda bisa duduk-duduk menikmati hari diantara rindangnya pepohonan dan ratusan merpati yang dibiarkan hidup bebas. Biasanya setiap sore hari taman ini ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar dengan membawa putra-putri kecilnya.

Selain alun-alun terdapat pula beberapa tempat penting di pusat kota ini. Seperti layaknya tata ruang yang dianut kota-kota di Jawa di sebelah Barat alun-alun terdapat Masjid terbesar di kota ini, Masjid Al Munawar. Masjid ini cukup bersejarah dan sudah mengalami beberapa kali renovasi. Masjid yang bergaya arsitektur Timur Tengah.

[caption id="attachment_151859" align="aligncenter" width="500" caption="doc.Fathoni Arief"][/caption]

Tempat wisata lain yang bisa dikunjungi adalah waduk dan pantai. Semuanya bisa ditempuh dalam waktu kurang dari sejam dari pusat kota. Waduk Wonorejo terletak di Barat kota. Menuju kesana anda bisa menyewa kendaraan atau naik ojek. Di kawasan waduk sudah terdapat tempat-tempat penginapan dan warung-warung dengan berbagai sajian kuliner. Jika kebetulan anda gemar memancing di kawasan ini banyak terdapat spot-spot dimana orang sering memancing.

Tulungagung juga memiliki banyak pantai. Ada yang ramai dikunjungi atau masih alami. Beberapa nama pantai yang cukup terkenal adalah Pantai Popoh, Sine, Brumbun. Tak jauh dari lokasi tersebut terletak tambang batu marmer. Anda bisa mendapatkan beragam cindera mata kerajinan marmer di pusat-pusat kerajinan yang banyak dijumpai di sepanjang jalan.

Jika ingin menuju kesana bisa ditempuh dari terminal menggunakan angkutan menuju ke arah Selatan. Namun sayang karena meningkatnya populasi sepeda motor angkot-angkot semakin jarang. Sebagai gantinya banyak tukang ojek yang siap mengantar sampai tujuan. Sebenarnya jarak lokasi wisata tersebut tak terlampau jauh bagi anda penggemar olahraga sepeda bakal lebih mengasyikan menuju lokasi dengan bersepeda.

Wisata lain yang tak boleh terlewatkan jika berkunjung ke Tulungagung adalah kuliner. Kota ini memiliki makanan khas Nasi Lodho. Makanan semacam opor dengan bumbu khusus dan pedas. Biasanya setiap pagi di pinggir jalan sekitar kota bisa dengan mudah dijumpai. Di pinggir jalan Nasi lodho dengan ayam suwir yang dibungkus dengan daun pisang bisa didapat hanya dengan mengeluarkan uang antara 5 ribu hingga 10 ribu tergantung banyaknya porsi dan lauk yang dipilih.

[caption id="attachment_135732" align="alignleft" width="300" caption="Doc.Fathoni Arief"][/caption]

Terakhir adalah wisata sejarah. Kota ini menyimpan banyak peninggalan sejarah mulai dari ribuan tahun lampau hingga era kerajaan. Semua tentu masih ingat di sini pernah ditemukan fosil Homo Wajakensis. Untuk peninggalan era kerajaan yang masih bisa ditemui adalah candi-candi yang lokasinya tersebar. Salah satu yang terkenal adalah candi Gayatri. Di candi Gayatri inilah menjadi peristirahatan terkahir Dyah Dewi Gayatri nenek Hayam Wuruk raja Majapahit di era kejayaannya.

Jika ada sumur diladang boleh kita menumpang mandi. Jika ada liburan panjang boleh sekali mampir ke kota ini...

Fathoni Arief




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline