Lihat ke Halaman Asli

Fathma Cita Zunur Rahma

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sesekali Bukan Fiksi

Diperbarui: 5 Maret 2021   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

sekali-kali tidak, saya bersumpah atas nama apapun agar tidak kembali memanggil sebuah nama. setidak-tidaknya, menguatkan hati atas apa yang pernah terjadi sebelumnya. seperti pembicaraan dini hari bersama seorang kawan, kami berbincang. suaranya mengadu, bertabrakan sesekali dengan irama keyboard laptop. malam kemarin, tidak begitu dingin. hangat, saya menemukan kembali.

beberapa waktu lalu, saya memutuskan untuk pergi mengasingkan diri. saya memutuskan untuk mengikuti sebuah komunitas mengajar di daerah 3T, dengan tujuan tidak lain tidak bukan ingin mengenal siapa diri saya kembali. perjalanan 5 tahun bukan waktu yang cepat untuk bangkit. barangkali tidak semua dapat terselesaikan, karena sayapun perlahan percaya bahwa tidak semua pertanyaan memiliki jawaban. kejadian-kejadian yang bagi sebagian prang tidak ada apa-apa, justru itu yang mengubah prinsip dan pemikiran.

saya kehilangan kepercayaan terhadap manusia lain. selain menangis, melukai diri sendiri menjadi hobi. mencaci maki, berucap "anjing babi". semua tahu bahwa itu salah, dan tidak ada pembenaran atas segala. menunda semua perasaan terbuka dengan menyibukkan diri. pagi pergi, siang pergi, malam pergi. tidak ada hari sabtu dan minggu, kedua hari istirahat itu tetap saya guna untuk bekerja. saya pikir, melampiaskan rasa lelah dengan mengerjakan sesuatu yang lain akan berguna. setidaknya, saya tidak perlu risau untuk memikirkan hal-hal negatif. saya cukup pergi pagi, pulang dini hari, langsung tidur. 

ternyata saya salah. menomorsekiankan perasaan diri sendiri tidak sama sekali dibenarkan. menerjunkan diri ke kerumumunan dengan ekspektasi saya akan ikut merasakan atmosfer keramaian. tidak, sekali lagi sepi. saya sepi, saya merasa sendiri. seperti kamu berjalan, dan dihantui sana-sini.

ah, dari sebulan kemarin saya belajar banyak sekali. tentang permainan masa, tentang kapasitas diri, juga seni untuk bersikap bodo amat-- seperti judul sebuah buku best seller. perlahan sembuh, perlahan luruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline