Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri adalah pemahaman tentang diri sendiri yang timbul akibat interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan faktor yang menentukan (determinan) dalam komunikasi kita dengan orang lain. Aspek-aspek konsep diri dibedakan menjadi konsep diri akademis (kemampuan dalam mengikuti perkuliahan, kemampuan dalam meraih prestasi di dalam bidang akademik, serta aktivitas di kampus atau di dalam kelas yang juga berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan penilaian seseorang terhadap kemampuan akademiknya) dan konsep diri non-akademis (konsep diri sosial dan penampilan diri). Pada intinya, pengembangan konsep diri seseorang menuju kepribadian yang lebih baik tidak terlepas dari peran orang tua sekaligus guru. Fungsi konsep diri antara lain yaitu:
a. Konsep Diri Positif: Orang yang memiliki konsep diri positif akan lebih mudah beradaptasi dengan banyak situasi. Orang seperti ini biasanya lebih percaya diri, optimis dan selalu berpikir ada yang bisa dipecahkan.
b. Konsep Diri Negatif: Orang-orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung lebih pesimistik dan sulit melihat kesempatan dalam kesulitan. Bahkan, mereka merasa kalah sebelum mencoba.
Hal yang dapat dilakukan untuk membentuk konsep diri sebagai orang tua dan guru adalah meningkatkan komunikasi dengan anak, menciptakan suasana yang positif dan mengembangkan diri anak secara positif. Orang tua dapat menghindari komunikasi yang bersifat interogratif agar anak tidak menjadi defensif dan berbohong kepada orang tua. Guru memberikan motivasi dengan memberikan pandangan bahwa menyampaikan satu kata yang sangat bermakna tapi berani menyapaikannya akan lebih baik daripada memiliki seribu kata tapi kita tidak berani menyampaikannya.
Perkembangan Emosi
Emosi adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu emovere yang memiliki arti gerak menjauh. Ciri-ciri dari emosi yaitu pengalaman emosional bersifat pribadi, adanya perubahan aspek jasmaniah, emosi diekspresikan dalam perilaku, dan emosi sebagai motif. Macam-macam emosi antara lain yaitu takut, cemas, khawatir, rasa bersalah, dan rasa duka. Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat berkembang ke arah memiliki kecerdasan emosional, salah satu di antaranya menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consortium yaitu:
a. Pengembangan keterampilan emosional
b. Pengembangan keterampilan kognitif
c. Pengembangan keterampilan perilaku
Perkembangan Moral, Nilai, dan Sikap