Lihat ke Halaman Asli

Fathinatus Suda

Be your self

Benarkah Jika Kemarahan Anak Dibalas Kemarahan Juga?

Diperbarui: 21 November 2022   18:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.grid.id

Pernahkah kalian melihat anak yang tantrum?

Seorang anak menangis sambil berteriak didepan ayahnya selama satu jam lebih. Namun, bukannya menenangkan si anak justru ayahnya menghindari serangan fisik yang dilakukan anaknya contohnya seperti cakaran ataupun cubitan.

Benarkah dengan apa yang dilakukan ayahnya?

Justru karena ayahnya paham bahwa anaknya sedang mengalami ledakan emosi namun belum paham cara mengkomunikasikannya, maka itulah yang harus dilakukan untuk menjadi latihan kontrol emosinya.

Akan tetapi ketika si anak tersebut mulai menyakiti orang lain atau dirinya sendiri, penting untuk melarangnya dengan instruksi yang pendek, jelas, lugas, dan tegas. Nada suara dan intonasi yang digunakan usahakan stabil, tidak panik, tidak marah apalagi berteriak.

Dari kejadian tersebut, inilah saat yang tepat bagi kita mencontohkan cara regulasi emosi pada anak tersebut.

Apa itu regulasi emosi?

Dalam buku Handbook of Emotional Development In Springer, regulasi emosi adalah kemampuan untuk melakukan kontrol atas keadaan emosi diri sendiri. Regulasi emosi juga termasuk tindakan seperti meninjau kembali situasi sulit untuk mengurangi kemarahan dan kecemasan, menyembunyikan tanda-tanda kesedihan dan kecemasan yang terlihat, dan berfokus pada apa yang membuat kita merasa bahagia atau tenang.

Sebagai orangtua, perkembangan regulasi emosi anak menjadi pemahaman penting yang wajib diketahui. Maka dari itu, berikut adalah perkembangan regulasi emosi berdasarkan usia.

Yang pertama, pada masa bayi dan balita. Selama tiga tahun pertama kehidupan, pertumbuhan yang signifikan terjadi di banyak area perkembangan. Terutama pada perkembangan regulasi emosi yang mempengaruhi kemajuan perkembangan lebih lanjut.

Misalnya, mengurangi stres membantu balita mengalokasikan sumber daya untuk memusatkan perhatian dan terus belajar. Kemajuan dalam keterampilan kognitif dan motorik juga penting untuk perkembangan regulasi emosi, tetapi munculnya atau diferensiasi emosi tertentu juga dapat mempengaruhi perkembangan regulasi emosi dan strategi yang diadopsi oleh bayi.

Demikian pula, keterikatan orangtua juga dapat memengaruhi jenis strategi pengendalian emosi yang digunakan. Bayi dengan kelekatan yang kuat cenderung menunjukkan strategi yang lebih berorientasi pada orang tua, sementara bayi yang tidak percaya diri menunjukkan metode menenangkan diri untuk mengatasi stres.

Yang kedua, pada masa remaja. Kemampuan untuk menamai emosi, menggunakan bahasa emosi, memahami sebab dan akibat dari emosi, dan mengenali bahwa orang lain mungkin merasakan emosi secara berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline