Pernahkah kalian melihat ketulusan dari seorang anak?
Seorang anak laki-laki dari empat bersaudara mempunyai keinginan sendiri untuk melakukan pekerjaan rumah. Pasalnya keluarganya pun tidak pernah menyuruh ataupun memaksa anak tersebut dan jika dilarang maka anak akan merajut dan menangis.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh American Psychological Association mengamati total 6.432 anak-anak berusia antara dua dan 12 tahun untuk mengetahui bagaimana kemampuan mengambil perspektif anak-anak dan perilaku prososial terkait satu sama lain.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa anak-anak dengan kemampuan yang lebih tinggi untuk mengambil sudut pandang orang lain menunjukkan perilaku yang lebih prososial, seperti menghibur, membantu dan berbagi.
Apa diantara kalian tau apa itu emosi prososial?
Emosi Prososial merupakan reaksi seseorang yang secara sukarela membantu orang lain sehingga memberi manfaat positif bagi penerima bantuan dan mungkin tidak memberi manfaat langsung pada pemberi pertolongan seperti membantu, berbagi, dan menghibur.
Emosi prososial ini berfokus pada karakteristik seseorang (misalnya genetik dan kemampuan sosiolog itif) serta respons terkait empati (yaitu, empati Simpati personal distress) dan rasa bersalah (yang dapat membangkitkan simpatisan).
Emosi prososial juga telah dianggap sebagai aspek perkembangan anak karena dianggap berkontribusi pada nilai-nilai moral dan perilaku moral.
Dalam buku Handbook of Emotional Development In Springer menjelaskan bahwa untuk memahami emosi prososial, sangat penting untuk membedakan antara empati dan respons emosional terkait (yaitu, simpati, stres pribadi).
Empati didefinisikan sebagai respons emosional yang muncul dari ketakutan atau pemahaman tentang keadaan atau kondisi emosional orang lain. Biasanya sama atau mirip dengan apa yang orang lain rasakan. Misalnya, jika seorang anak sedih ketika melihat seseorang sedih, ia mengalami empati. Empati dibedakan dari respons emosional lainnya, termasuk simpati dan tekanan pribadi.
Selain tanggapan empatik, rasa bersalah moral dianggap tercermin dalam penyesalan pribadi atas kesalahan, dan perasaan ini disertai dengan keinginan untuk perbaikan. Ketika orang merasa bersalah, mereka cenderung mengakui atau memperbaiki kesalahannya. Selain itu, rasa bersalah adalah emosi yang tidak menyenangkan, jadi jika Anda mengantisipasi perasaan bersalah, Anda mungkin menolak perilaku destruktif.
Lalu bagaimanakah perkembangan emosi prososial pada anak?
Pada tahap pertama, tangisan bayi saat berlutut sebagai respons terhadap tangisan bayi lain mencerminkan empati global bayi, yang merupakan awal dari gairah empatik. Menjelang akhir tahun pertama kehidupan, bayi memasuki fase yang dikenal sebagai empati egosentris.
Pada tahap ini, bayi merasakan kesusahan dan mencari pencerahan diri ketika dihadapkan dengan penderitaan orang lain. Karena bayi tidak dapat membedakan antara dirinya dan orang lain, reaksi mereka terhadap rasa sakit orang lain sama dengan rasa sakit mereka yang sebenarnya.