Pada Sabtu 24/04/2021 sore KRI-Nanggala 402 dinyatakan menghilang atau dalam status subsunk di perairan Bali laut utara. KRI-Nanggala hendak melakukan latihan penembakan torpedo pada Rabu 21/04/2021 dini hari. Awalnya KRI-Nangala yang meminta izin menyelam pada kedalaman 13 meter, aksi tersebut didampingi oleh sea rider yang nantinya akan mengikuti torpedo apabila sudah meluncur sesuai dengan prosedur.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono menjelaskan :
"Jam 03.00 sampai 03.30 geladak haluan KRI masih terlihat oleh tim penjejak sea rider dalam jarak 50 meter".
"Pada 03.36 sampai 03.46, terus menerus memanggil Nanggala tapi tak ada respons. Jadi seharusnya saat tenggelam tadi masih ada periskop, masih kelihatan, namun ini langsung tenggelam, tidak ada periskopnya".
Mulai saat itu juga komunikasi dengan KRI-Nanggala terputus, seharusnya sesuai dengan estimasi waktu, Nanggala muncul di permukaan pada pukul 5.15 wita.
"Kemudian pada 06.46 kita lakukan isyarat sub missed. Seluruh unsur pengamanan dikerahkan untuk mencari KRI Nanggala-402 dan latihan ditunda," jelas TNI Yudo.
Setelah 24 jam berlalu, TNI dan Pemerintah bekerja sama dengan Negara asing dalam misi pencarian KRI-Nanggala 402. Hingga akhirnya rakyat Indonesia berduka karena kini status KRI-Nanggala 402 berstatus on eternal patrol atau patroli abadi dan tidak kembali.
"Dengan kesedihan yang mendalam, selaku Panglima TNI, saya nyatakan bahwa 53 personel onboard KRI Nanggala-402 telah gugur," kata Hadi selaku panglima TNI dalam konferensi pers, Minggu (25/4/2021).
Tahapan yang harus dipenuhi dalam menganalisis resiko KRI-Nanggala 402 sendiri terdiri atas penetapan konteksnya, kriteria resikonya, akuntabilitas, integritas prosedur, sumber daya, mekanisme pelaporan internal serta mekanisme pelaporan eksternal
Menurut saya sendiri kasus ini merupakan luka yang sangat mendalam bagi masyarakat Indonesia. Musibah ini merupakan kasus yang berat, karena kita tidak bisa memprediksi apa yang sebenarnya terjadi dibawah laut sebenarnya, karena Nanggala yang diprediksi tenggelam pada kedalaman kurang lebih 800 meter itu sulit dijangkau.
Diperlukan alat yang sangat canggih dan keahlian yang cukup untuk bisa mencapai ke bawah sana. Apabila terjadi kesalahan akan bisa menimbulkan korban korban baru. Hal tersebut tentunya dihindari oleh semua orang. Meskipun bantuan datang dari berbagai Negara, hal itu belum cukup untuk menemukan Nanggala dalam waktu 3 hari yang sesuai dengan ketersediaan oksigen cadangan.