Lihat ke Halaman Asli

Kisah Keluarga Hidup di Rumah 3x3 Meter di Pusat Kota Pontianak

Diperbarui: 19 Mei 2024   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi kondisi rumah ibu Nur 

Di Kecamatan Pontianak Kota, Kelurahan Tengah, Kalimantan Barat, ibu Nur yang berusia 48 tahun bersama suaminya pak Holek dan kedua anaknya, satu di Sekolah Dasar (SD) dan di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan pendidikan yang terbatas Ibu Nur bekerja sebagai buruh cuci dan suaminya sebagai kuli bangunan. Dengan penghasilan bulanan yang tak menentu sebesar Rp. 2.000.000,00-Rp.2.500.000,00, mereka harus mengatur kebutuhan harian keluarga, termasuk makanan dan biaya sekolah anak-anak. Sementara itu, Keluarga ini menerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp. 300.000,00 untuk anaknya yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama setiap dua bulan dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berupa beras 10kg setiap tiga bulan. Bantuan pkh mereka alokasikan untuk kebutuhan sekolah anak.

Pekerjaan pak Holek yang tak menentu dengan hanya mendapatkan 2 sampai 3 pekerjaan dalam setahun dikarenakan sulitnya pesaing di sekitar yang juga banyak bekerja sebagai kuli bangunan. Ibu Nur memiliki pendapatan tetap sebesar Rp. 2.000.000,00/bulan sebagai buruh cuci. Mengingat pendapatan suaminya yang tidak menentu, mereka mengandalkan gaji ibu Nur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari mereka sebesar Rp. 150.000,00/minggu, termasuk untuk belanja sehari-hari dan jajan anak sekolah.

Luas rumah 3 meter 3 meter, dengan dinding setengah tembok dan setengah triplek, beratapkan seng, dan berlantai keramik. Rumah ini terbagi menjadi 3 ruangan, yaitu dapur, satu kamar, dan ruang tengah yang berbatasan dengan triplek. Ibu Nur mengatakan untuk tinggal dirumah dengan luas 3 meter 3 meter di tengah pusat kota sudah bersyukur masih mendapatkan tempat tinggal yang layak, walaupun dihuni 4 orang, dua orang dewasa dan dua anak anak. Selama muslim banjir, syukurlah rumah mereka tidak terkena dampak. Namun, jika banjir semakin parah, kemungkinan rumah mereka terkena dampak akan lebih besar.

Dokumentasi kondisi rumah ibu Nur 

Meskipun demikian, rumah ini merupakan milik mereka sendiri dan layak dihuni. Mereka menggunakan WC umum yang tidak jauh dari rumah yang di bangun memang untuk warga sekitar, dengan sumber air PAM dan septic tank. Penerangan di rumahnya menggunakan listrik, tetapi masih menumpang dengan rumah sebelah(tetangga) dengan daya listrik 900 watt. 

Oleh karena itu, di rumah ibu Nur tidak banyak barang elektronik seperti kulkas, TV, rice cooker, dan sebagainya. Listrik hanya digunakan untuk penerangan dan mengisi daya dua buah handphone. Jika ada anggota keluarga yang sakit, mereka memanfaatkan kartu BPJS pada puskesmas yang berada di Pontianak Kota. 

(Wawancara mendalam dan observasi dilakukan pada Februari-Maret 2024)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline