Lihat ke Halaman Asli

Fathia Daffa

Saya mahasiswa di Universitas Al-Azhar Indonesia yang sedang menempuh semester 6

Persepsi Masyarakat Terkait Disabilitas Tunarungu

Diperbarui: 27 Januari 2023   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disabilitas adalah orang yang memiliki hambatan atau gangguan yang ada dalam dirinya, sehingga ia memiliki keterbatasan untuk dapat melakukan aktivitas dan interaksi sosial seperti pada masyarakat pada umumnya. Disabilitas seringkali disebut sebagai seseorang yang memiliki kekurangan, orang yang memiliki karakteristik khusus dan kemampuan yang berbeda-beda dengan orang pada umumnya. 

Dari kondisi tersebut, maka penyandang disabilitas membutuhkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhannya yaitu seperti layanan kesehatan, layanan pendidikan, dan layanan lainnya. Penyandang disabilitas memiliki banyak penyebutan sesuai dengan hambatan yang dialaminya, misalnya disabilitas tunarungu. 

Banyak masyarakat yang melabeli bahwa tunarungu adalah orang yang cacat, orang yang tidak dapat menjalani kehidupan normal seperti masyarakat lainnya karena terbatasnya kemampuan dalam berkomunikasi. 

Akan tetapi keterbatasan tersebut merupakan anugerah yang telah diberikan oleh Allah, karena banyak disabilitas tunarungu yang memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki orang normal pada umumnya. Dampaknya adalah banyak disabilitas tunarungu yang menjadi rendah hati karena diperlakukan berbeda pada orang normal lainnya. 

Pandangan tersebut harus diubah, banyak kelebihan dan potensi dari mereka yang dapat dimaksimalkan. Keterbatasan yang dimiliki oleh para penyandang disabilitas disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, ada yang keterbatasan tersebut sudah bawaan sejak lahir, ada juga yang dialami setelah lahir karena adanya kecelakaan, atau kondisi lainnya yang mempengaruhi timbulnya keterbatasan tersebut.

Saat ini penulis ingin berbagi persepsi pengalaman penulis ketika melakukan mini riset pada beberapa masyarakat awam yang pernah bertemu dan berinteraksi dengan penyandang disabilitas tunarungu. 

Penulis sendiri belum pernah bertemu dan berinteraksi dengan tuna rungu, dahulu penulis berpikiran bahwa tunarungu hanyalah merupakan orang yang memiliki keterbatasan atau kelainan pada bagian pendengarannya. 

Namun, setelah belajar lebih dalam terkait anak berkebutuhan khusus, membaca dari berbagai sumber, buku, jurnal, dan pernah menonton film yang didalamnya terdapat penyandang disabilitas tunarungu penulis dapat lebih memahami konsep dan karakteristik dari tunarungu itu sendiri. Karakteristik penyandang disabilitas tunarungu itu sendiri adalah ada pada kemampuan bahasanya yang kurang dan tidak seperti orang pada umumnya. 

Mereka memiliki gangguan pendengaran sehingga tidak dapat mendengar secara sempurna seperti pada orang pada umumnya. Mereka memiliki intelegensi yang normal dan rata-rata, namun seringkali prestasi anak tunarungu rendah karena terhambat pada kemampuan pendengarannya, maka dari itu anak tunarungu harus diberikan pendidikan khusus. 

Meski tidak pernah berkomunikasi dan berinteraksi dengan tunarungu, penulis seringkali memperhatikan mereka dari kejauhan, atau dari film-film yang ditonton. Mereka sama seperti orang normal pada umumnya, dapat beraktivitas dengan normal, bahkan terkadang tidak ada cacat fisik dalam dirinya selain dari pendengarannya. 

Banyak dari mereka yang dapat melakukan pekerjaan seperti orang pada umumnya, salah satu yang pernah penulis perhatikan adalah ketika melewati kafe disabilitas, banyak orang yang membeli dan dilayani oleh penyandang tunarungu, hal tersebut normal hanya berbeda pada cara berkomunikasinya yang menggunakan bahasa isyarat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline