Lihat ke Halaman Asli

Tentang Kita dan Rumah

Diperbarui: 24 Januari 2019   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Merya-ku. 

Sedikit tentang kita, dan rumah. Hari ini.

Pada waktu yang sampailah aku kembali pada janjiku-janjimu kala.

Tentang kita, dan rumah.

Aku coba kembali membuka buku-buku Cinta itu, yang melipir kisah dan membenamkan kau dan aku dalam garis waktu, dua hati yang bercerita, hingga rasa-rasa kita luluh jadi tinta yang menulis semuanya di dinding-dinding tembok rumah kita.

Kata-kata kehidupan yang bersemi diantara terik dan hujan. Membekas manis membersamai pohon mangga yang biasa kita duduk siang di bawahnya, bersama angin untuk kita saling bicara, cerita atau kau yang sengaja menangis demi sandaran bahu milikku. Semua teramat istimewa. Tentang kita, dan rumah. 

Sampai semua berubah. Ya, berubah menjadi semua tentang-ku dan rumah.

Tapi entah, berapa sudah kuajak mata ini bicara untuk sejenak saja melupa, hingga aku lelah dan masih tetap berbicara dengan kenangan yang terlukis kaku di sekujur pigura-pigura kita, tentang canda mereka yang kita impi, tentang coklat hangat yang biasa kau hadiahkanku di pagi, atau sajadah tua turunan bapakmu yang biasa kita jadikan alas bertuhan ditemani rasi-rasi bintang. Ya, semua tentang kita, dan rumah.

Merya, tahukah?

Bagaimana aku? Saat seorang pagi menangis redup dihadapanku, menggores lukanya dalam cahaya-cahaya. Mengirim tangisannya tak lagi tuk hidupkan pohon mangga di depan rumah kita, menyurat sedihnya dalam kilat-kilat tanpa henti sepanjang purnama. Seolah menolak untuk menamatkan prosa tentang rumah kita, lalu menutup buku itu. Lantas aku?

Merya, tahukah?

Rumah masih selalu sama. Tanpamu. Walau ceritanya cuma tentang-ku, dan rumah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline