Dampak positif Sawit terhadap kepentingan ekonomi nasional
Indonesia menjadi salah satu negara dengan Jumlah Ekspor Olahan Sawit di dunia. Sebuah statement menyatakan bahwasanya sawit menjadi bisnis dengan sumbangsih devisa terbesar negara.
Hal tersebut ditunjukkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, Indonesia mengalami surplus 11,84 miliar dolar AS yang berasal dari perdagangan minyak sawit dan produk turunannya. Hal tersebut selalu berulang setiap tahun dan sawit masih akan menjadi tumpuan ekonomi nasional, bahkan diprediksi hingga 10 tahun mendatang.
Pemerintah sangat mendukung bahkan berencana untuk melakukan eksplorasi massive dengan menggencarkan pengolahan perkebunan kelapa sawit di beberapa areal potensial di Indonesia. Selain hal tersebut Pabrik Pengolahan Kelapa sawit dinilai menciptakan kesempatan kerja baru dikawasan pedesaan.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (2015), jumlah karyawan yang bekerja pada perusahaan perkebunan kelapa sawit meningkat dari 718 ribu orang tahun 2000 menjadi 3,4 juta orang pada tahun 2016. Data tersebut pada perspektif bisnis dan ekonomi dinilai sebagai lahan yang menguntungkan.
Penelitian juga menyebutkan setidaknya ada sekitar 100 produk turunan yang dapat dihasilkan dari Olahan Kelapa Sawit selain minyak nabatinya. Saat ini Indonesia berada pada posisi kedua dengan angka 37% sebagai pemain yang menguasai pasar industri kelapa sawit dunia. Hal tersebut mengindikasikan bahwasanya sawit adalah industri yang harus diseriusi dan dioptimalkan.
Dampak sawit terhadap kerusakan lingkungan
Indonesia adalah negara yang didalamnya terdapat keanekaragaman hayati dan telah menjadi identitas kebanggan yang belum tentu negara lain punya. Sebutan Laboratorium Ekologi, Laboratorium Biodiversity melekat pada negara ini. Indonesia memiliki beragam jenis flora dan fauna sebagai kekayaan hayati. Namun dengan Pengembangan perkebunan kelapa sawit menimbulkan berbagai kerusakan terutama ekosistem dan ekologi hutan.
Tidak sedikit tuduhan yang menyatakan bahwa perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan penurunan angka keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Banyak pepohonan harus dikorbankan untuk kepentingan alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan. Tentu hal tersebut merusak menjadi keresahan yang tidak patut untuk disepelekan.
Sebuah penelitian menyebutkan, penyebab rendahnya keanekaragaman hayati di areal perkebunan sawit diduga karena tanaman monokultur dan tidak adanya komponen utama vegetasi hutan yang meliputi pepohonan hutan, liana dan anggrek epifit (Danielsen et al. 2009). P
ada sebuah kajian lain menyebutkan, mamalia merupakan salah satu taksa yang memegang peran penting dalam mempertahankan dan memelihara kelangsungan proses-proses ekologis yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia Menurut Kartono (2015).