Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam tapi juga kekayaan budaya, keragaman suku bangsa, ras, kepercayaan dan agama serta bahasa. Indonesia begitu memesona dengan banyak warna.
Kekayaan budaya adalah benda fisik yang merupakan bagian dari warisan budaya suatu kelompok atau masyarakat. Benda fisik tersebut termasuk bangunan bersejarah, karya seni, situs arkeologi, perpustakaan dan museum.
Salah satu yang menarik perhatian saya dari dulu adalah kain tradisional yang juga merupakan kekayaan budaya kita.
Siapa yang tidak mengenal batik, songket, tenun ikat, ulos dan masih banyak kain tradisional yang menjadi warisan budaya Indonesia.
Beberapa kain tradisional Indonesia sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Warisan budaya tak benda merupakan peninggalan budaya berupa praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan, misalnya keterampilan membatik, menenun yang dimiliki masyarakat kita yang telah menjadi tradisi.
Kala berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) selama beberapa hari, setelah berkunjung ke Pantai Senggigi yang saya tulis di artikel terdahulu, saya tertarik dengan tenun Sasak. Seperti kita ketahui, suku Sasak adalah suku asli yang mendiami Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan suku Sasak memiliki tenun Sasak yang mempunyai keunikan tersendiri dari kain tradisional Indonesia lainnya.
Pemandu wisata mengarahkan kami untuk mengunjungi Desa Sukarara, memang Desa Sukarara dan juga Desa Sade dikenal sebagai desa tenun di NTB.
Desa Sukarara terletak di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB dan berjarak sekitar 25 km dari Kota Mataram, ibukota NTB.
Desa Sukarara menjadi sentra tenun, di sini masyarakat memiliki kesadaran untuk melestarikan warisan tenun tradisional khas Lombok yakni "Tenun Songket".
Di Desa Sukarara, pandai menenun menjadi syarat perempuan untuk menikah. Jika tidak bisa menenun maka belum diizinkan menikah.