Mata adalah jendela jiwa.
Gimana jika mata kita terganggu, apakah jendela jiwa kita ikut keropos? Hingga kebenaran menjadi salah di mata dan yang salah malah benar di jiwa. Hadeh, ribet amat ya.
Ada cerita lucu tentang mata.
Suatu hari gue ditunjuk nganterin engkong gue operasi katarak. Menurut engkong, matanya sering berkabut, buram. Apalagi kalo tanggal tua. Yang bener aja Nkong.
Sebenarnya, emang akhir-akhir ini udara kita bertuba, engga jelas mana kabut mana asap, polusi parah.
Walaupun perempuan, karena gue cucu tertua maka ditugaskan nganterin engkong operasi katarak. Dibekali dengan segepok uang dari engkong, aih siapa yang nolak.
Wait, gepokannya dua ribuan campur lima ribuan. Alah, engkong-engkong emang rada pelit. Engkong yang lain jangan tersinggung.
Pukul 08.00 Wib, tibalah di rumah sakit, karena memakai kartu sakti tentu saja dipingpong ke sono ke sini. Duh, lama banget ngantri, beginilah nasib orang miskin.
Akhirnya engkong diperiksa matanya di ruang pemeriksaan mata. Gue pengen nuntun engkong buat duduk di depan alat periksa, eh malah ditepis engkong.
Engkong mengulurkan tangannya ke perawat minta dituntun. Hmm mulai genit.