Don't judge a book by its cover. Begitu kata bijak, bahwa jangan menilai seseorang dari tampilan luar. Tapi coba lihat isi dompetnya. Ealah, bukan begitu juga kale.
Menilai seseorang, gunakan mata hati, selami jiwanya, dan ikuti nurani, kayak iklan pilkada ya. Begitu juga dengan daku, insting atau penilaian pada orang lain itu tak pernah salah.
Kalaupun salah, anggap saja khilaf. Begitulah, suatu hari saya khilaf. Ketika seseorang mondar mandir di depan rumah.
Pria dengan ciri-ciri berbadan tegap, bertato, berkumis, berjambang dan memakai slayer kepala. Kalau ditutupi mata sebelah, mirip bajak laut di pelem SpongeBob SquarePants.
Daku lapor ke ibu dan sekalian bertanya, apa punya hutang, siapa tahu dia debt korek kuping eh debt collector.
Engga, ibu menggeleng. Dan mulailah kami mengarang bebas. Apakah dia ingin mencuri? Merampok? Atau naksir sama anak gadis ibu? Saya dong .
Akhirnya, setelah dia capek mondar mandir kayak setrikaan, dia mengetuk pintu. Ibu rupanya penakut, daku disodorin buka pintu.
"Ini rumah Ibu Melati?" Tanyanya.
"Iya, benar. Ada apa ya? Suaraku bergerigi.
"Oh, syukurlah. Soalnya saya sudah lupa rumah Ibu Melati di mana. Ibu ada?"