Lihat ke Halaman Asli

Fatmi Sunarya

TERVERIFIKASI

Bukan Pujangga

Merawat dengan Membumikan Budaya Jambi

Diperbarui: 25 Juni 2022   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peragaan busana batik Jambi, Sumber foto https://www.portonews.com/2020/keuangan-dan-portfolio/pariwisata/wignyo-rahadi-gelar-peragaan-busana-batik-jambi-di-situs-bersejarah/

"Budaya tidak pernah berakhir, selalu ada yang baru. Selalu ada bentuk kesenian yang baru, gerak tari, lagu, lukisan. Budaya adalah kisah tanpa akhir..."  Maisie Junardy,  Man's Defender     

Benar, budaya selalu ada yang baru, berkembang mengikuti zaman. Bagaimana dengan budaya yang lama? Apakah akan ditinggalkan? Tentu saja tidak. Karena budaya adalah identitas bangsa. Merawat dengan membumikan budaya, artinya melestarikan dan juga mengenalkan budaya agar tidak hilang, punah dan dilupakan. 

Begitu juga budaya Jambi, tidak ingin dilupakan oleh masyarakat Jambi. Pohon yang tinggi tidak akan melupakan akarnya. Budaya Jambi sesungguhnya sangat beragam. Salah satu peninggalan budaya yang tetap dilestarikan sampai saat ini adalah "Batik Jambi".

Batik Jambi, sudah ada sejak zaman Kerajaan Melayu Jambi. Kerajaan Melayu Jambi diperkirakan telah berdiri 644 M, dan pernah berada di puncak kejayaannya. Batik Jambi mempunyai motif yang khas dan tetap dipertahankan sampai saat ini, walaupun telah melalui berbagai proses akultrasi dengan budaya Arab, China dan India.

Sejarah Batik Jambi ini sudah ditulis dalam sebuah buku berjudul"Sejarah dan Filosofi Ragam Motif Batik Jambi" oleh tiga serangkai putra-putri kelahiran Jambi yakni Ida Maryanti Syamsir pegiat Batik Jambi bersama A. Najiullah Thaib dan Rozlinda Dewi.

Tentu saja tidak hanya Batik Jambi, masih banyak ragam seni dan budaya dari negeri "Sepucuk Jambi Sembilan Lurah" yang ingin tetap dirawat agar tetap lestari dan tetap membumi, dikenal oleh generasi muda. 

Dengan kesadaran dan keinginan luhur agar budaya Jambi tetap lestari, lahirlah sebuah wadah paguyuban "Manusia Asal Jambi Tanpa Sekat Sara" berbentuk sebuah yayasan bernama Yayasan Sepucuk Jambi. 

Yayasan Sepucuk Jambi didirikan oleh putra-putri kelahiran Jambi, Mohd. Indrawan Husairi, Firman Lie, Aji Najiullah Thaib, Rozlinda Dewie, Ida Maryanti Syamsir. Saat ini dalam proses pelegalan yayasan. Ternyata, Jambi bukan hanya kaya akan seni dan budayanya, tetapi juga menyimpan sumber daya manusia yang hebat. 

Dokpri

Yayasan Sepucuk Jambi berupaya mengumpulkan putra putri Jambi yang mumpuni dibidangnya masing-masing untuk bergerak bersama memberi sumbangsih untuk seni dan budaya Jambi agar lestari. Beberapa program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang sedang disusun bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline