Lihat ke Halaman Asli

Fatmi Sunarya

TERVERIFIKASI

Bukan Pujangga

Memperingati Burung Maleo, Megapoda Ikonik Sulawesi

Diperbarui: 21 November 2021   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto Riza Marlon

Hari ini, tanggal 21 November diperingati sebagai Hari Maleo Sedunia (World Maleo Day).  Ada banyak jenis burung, mengapa burung Maleo diperingati secara khusus? Mengapa bukan burung merpati? Burung merpati telah berjasa bagi manusia untuk mengirimkan pesan jarak jauh sebelum perusahaan pos ada dan sebelum manusia menemukan aplikasi untuk mengirimkan pesan cara cepat serta maju seperti sekarang.

Pertanyaan serupa mungkin muncul di benak pembaca, mengapa bukan Elang Jawa? Elang Jawa diduga kuat adalah burung Garuda karena kemiripannya. Burung ini adalah burung yang penting juga karena menjadi lambang Negara Indonesia. Dalam bahasa suku, Burung Garuda adalah 'totemnya' seluruh penduduk Indonesia.  

Pasti ada hal yang membuat burung ini istimewa, mengingat banyaknya jenis burung di Indonesia. Berdasarkan rilis lembaga konservasi Perhimpunan Pelestarian Burung Liar di Indonesia (asosiasi Birdlife International) pada tahun 2021, seluruh burung yang ada di Indonesia jumlahnya adalah 1.812 jenis. Kalau di dunia?  Pasti mencapai puluhan ribu jenisnya.

Info sheet status burung 2021, Sumber Perhimpunan Pelestarian Burung Liar di Indonesia

Sebelum kita mencari tahu apa keunikan burung Maleo ini, mari kita kenali dulu ciri-cirinya.

Ciri Burung Maleo

Dalam buku panduan lapangan 'Burung-Burung di Kawasan Wallacea' yang ditulis oleh Brian J. Coates dan David K. Bishop yang terbit dalam edisi bahasa Inggris tahun 1997 dan edisi Indonesia tahun 2000 disebutkan bahwa nama lengkap burung ini adalah Maleo Sengkawor. 

Bahasa latinnya Macrocephalon maleo. Ukuran tubuh burung ini  55-60 cm, kira-kira lebih besar sedikit dari ayam. Burung ini bertanduk, ekornya lebar, bulunya hitam kecoklatan dan pada bagian perut bulunya berwarna putih kemerah jambuan. 

Muka kuning gundul, kaki tungkainya berwarna abu-abu. Kalau masih anakan, burung Maleo, mahkota abu-abu kekuningan tua dan belum betanduk.

Dulunya burung ini ada di hampir seluruh pulau Sulawesi sehingga memiliki nama lokal yang berbeda-beda. Misalnya di Gorontalo, penduduk menyebutkan "Panua" dan di sana ada satu Cagar Alam yang dinamai berdasarkan nama lokal burung ini yakni Cagar Alam Panua. Lokasinya di Kabupaten Pohuwato, Propinsi Gorontalo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline