Lihat ke Halaman Asli

Fatmi Sunarya

TERVERIFIKASI

Bukan Pujangga

LDR, Jauh di Mata Namun Alamatnya di Mana?

Diperbarui: 14 Februari 2021   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi www.idntimes.com

LDR, jauh dimata dekat dihati dengan rasa yang cenat-cenut. Dulu, kala saya kerja di radio, seseorang yang saya panggil "mbak G" sering request lagu. Akhirnya kami akrab. Saya sering main kerumahnya. Beliau ternyata istri wakapolres. Manado asli dan baik banget. Setiap natal, saya diundang makan-makan di rumahnya dan juga saat lebaran beliau tetap mengundang makan-makan. Persahabatan lintas agama dan etnis yang akrab.

Mbak G, tiba-tiba pindah ke Lampung, suaminya pindah tugas. Tapi tetap sering teleponan. Tiba-tiba suatu hari, mbak G telepon, ada ajudan bapak, dia baik banget, cocok buat kamu yang baik katanya. Mbak G ingin menjodohkan saya.

Iya begitulah, si abang ternyata orang Medan, tapi bukan dari Suku Batak. LDR dimulai dengan surat menyurat dan saling kirim foto. Dulu belum ada hape. Telepon hanya sekali seminggu, di wartel pula. Saya belum pernah ketemu lho sama si abang ini.

Dia sangat baik, padahal gajinya sangat minim, tapi suka kirim wesel pos. Kalau lebaran, kirim mukena untuk lebaran. Begitulah surat bertumpuk-tumpuk selama setahun. Dia cinta pertama saya. Ehem.

Akhirnya si abang bisa cuti juga dan berencana bertemu bapak saya. Mau kenalan katanya. Dia datang ke kota saya dan bertemulah kami untuk pertama kali. Bapak sepertinya tidak keberatan kalau kami berpacaran. Hanya sehari berada di kota saya dan dia berjanji sama bapak akan segera melamar saya. Saat itu bahagia banget.

Surat menyurat tetap berlanjut, tiba-tiba surat saya tak dibalas, saya coba telepon juga tidak bisa. Saya menghubungi mbak G, dan beliau mengabarkan kalau si abang pindah ke Medan. Saya benar-benar ngga tahu alamatnya dimana. Hilang kontak, ini sangat menyedihkan.

Saya patah hati, dan tetap menunggu kabar darinya. Namun benar-benar tak ada kabar. Beginilah risiko LDR, kita bisa-bisa lost contact begini. Tiba-tiba pindah dan tidak tahu alamatnya. Jadi ingat lagunya Ayu Ting Ting, alamat palsu. Alamak.

Saya akhinya menjalani hidup saya sendiri. Tahun 2013, saya bertemu si abang ini yang nyari-nyari saya di FB. Saya sudah memaafkan dia dan dia tetap baik banget. Nah, saya masih menyimpan pertanyaan, kemana dia menghilang dulunya. Ternyata ketika dia pulang ke Medan, ibunya meminta untuk menikah dengan seseorang yang masih keluarganya. Klise dan sudah kuduga.

Belum jodoh namanya, namun kami tetap menjalin silaturahmi yang baik. Dia sudah seperti kakak, saudara sendiri. Saya mengganti panggilan "abang" menjadi "kakak" sebagai penegasan kami bersaudara. Terakhir dia menelepon ketika saya diisolasi, dan seperti biasa kami berdebat.

"Kak, saya lagi diisolasi, kena Covid nih," kata saya.
"Kenapa, baik-baik saja kan, kalau ada apa-apa kabari kakak," dia nyerocos kayak petasan.
"Covid itu antara ada dan tidak ada," lanjutnya.
"Eh gimana bilang ngga ada, saya positif ini," jawab saya.
Dan selanjutnya kami berdebat soal "Covid-19", dia tidak mau mengalah, saya juga.

FS, 14 Februari 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline