Lihat ke Halaman Asli

Hak Angket MenkumHAM vs Lapindo, Pemenangnya Siapa?

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1428018517178534583

[caption id="attachment_358846" align="aligncenter" width="450" caption="www.mediaindonesia.com"][/caption]

Putusan Menteri Hukum dan HAM Yasonna yang mensahkan Golkar kubu Agung Laksono mempertegas garis antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP).

Reaksi keras politisi KMP atas putusan Menkumham tersebut menambah panasnya iklim politik di Senayan. Sebut saja Fadli Zon yang merasa gerah dengan putusan tersebut dengan mendesak Presiden Jokowi agar mengevaluasi bahkan mencopot Menteri Hukum dan HAM Yasonna.

Golkar kubu Ical sendiri, sebagai pihak yang paling merasa dirugikan oleh keputusan tersebut, berusaha membalas Menteri Yassona melalui hak angket untuk menyelidiki keputusannya terhadap perselisihan Partai Golkar.

Putusan sela Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) menjadi energi baru bagi kubu Ical untuk berupaya menggolkan hak angket Mengkumham itu. Partai Golkar kubu Aburizal dikabarkan terus berkoordinasi dengan seabrek agenda pertemuan-pertemuan dengan pimpinan partai politik anggota KMP.

Semua partai politik anggota Koalisi Merah Putih (KMP) memberi sinyal siap mendukung usulan hak angket, meskipun suara dari Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak utuh 100 persen. Bahkan, Demi mendapatkan dukungan penuh, Ketum Golkar versi Munas Bali dikabarkan akan bertemu Ketum Partai Demokrat, SBY.

Meski demikian, Golkar kubu Agung Laksono yang sudah merapat ke KIH tentunya tidak berdiam diri atas manuver tersebut dengan cara membentengi MengkumHAM dari serangan hak angket KMP sebagai bentuk balas jasa.

Hasilnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar kubu Agung Laksono, Yorrys Raweyai akan menggalang hak angket terkait masalah lumpur Lapindo untuk mempertanyakan kepada pemerintah terkait masalah kemanusiaan yang terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur.

Jika perang hak angket terjadi, maka episode perseteruan dua kubu Golkar akan terus bergulir tanpa ujung. Hal ini membuktikan bahwa Golkar sebagai partai yang besar mengalami krisis sosok solidarity maker untuk memutus mata rantai kekisruhannya internalnya. Tidak akan ada pemenang dalam kekisruhan akut Golkar ini sebab rakyat sudah bosan melihat aksi saling cakar kedua kubu demi berebut kekuasaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline