Lihat ke Halaman Asli

Faatima Seven

Penulis Moody

Curhat Dinda dan Jihad Perempuan

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENARIKsekali mencermati fenomena‘Dinda Path’. Hanya karena curhat kekesalannya tentang wanita hamil, Dinda menjadi ‘trending’ di berbagai media sosial. Bahkan aku sendiri bela-belainreinstall Path cuma untuk bikinscreenshotakunnya si Dinda.

Tetapi aku tak merasa bijak untuk ikut marah dan memakinya, bahkan mengutukinya. Aku cuma melihat bahwa ia adalah pelanggan ‘commuter line’ yang setiap hari harus berjuang dengan pengguna lainnya untuk sampai ke tempat kerja dengan sedikit nyaman. Maka, dalam kelelahannya... tentu bisa dimengerti jika ia menjadi ‘sewot’ dan membagi kekesalan hatinya di akun Path-nya yang mungkin baginya adalah semacam diary atau curahan harian. Sangat lazim dan pantas dimaklumi.

Yang luarbiasa dan terlalu berlebihan justeru respons dan reaksi masyarakat.Hellooo... masyarakat kadang sangat over reaktif ketika melihat hal-hal seperti itu. Kita memaki bahwa dia sama sekali tidak berempati dan tidak simpati pada yang hamil. Padahal, dalam momen yang sama... kita juga tidak berempati sama sekali dengan ‘keluhan’ si Dinda. Nyata-nyata di keluhannya itu dia memakai hashtag‘notedtomyselfjgnnyusainorg’. Itu justeru sebuah ekspresi kedalaman batinnya untukbelajardanmengambil hikmahdari kejadian di depan matanya.

Jangan kira bahwa saya tak pernah hamil karena berkata seperti ini. Saya sudah hamil dan menyusui empat kali. Dan saya pernah pula dalam kereta sesak begitu sambil hamil 9 bulan saat saya masih dalam rutinitas kerja. Tetapi walaupun saya hamil 9 bulan, saya selalu menahan diri untuk tidak minta diistimewakan di manapun, di kereta misalnya. Kalau ada yang dengan senang hati memberikan kursinya, saya menerimanya dengan alhamdulillah dan mendoakan baginya rahmat. Kalau tidak ada yang bangun dan berdiri walaupun melihat saya di dekatnya dengan perut besar... saya tetap bahagia dan memaklumi bahwa mereka juga mengalami kelelahan yang sama akibat pekerjaan dan kehidupannya. Jadi intinya, tak perlu kita berharap terlalu besar pada orang lain dan minta dipahami dan dikasihani. Toh kehamilan terjadi umumnya adalah buah kebahagiaan dari sebuah hubungan yang sangat baik antara laki-laki dan perempuan, jadi... kenapa orang lain harus dipaksa bertanggung-jawab pada paska kejadiannya yang sesungguhnya tak punya hubungan apapun dengan mereka?

Tak ada pahala ketauhidan di situ. Minta saja pada Rabb kita kekuatan untuk lebih sehat dan tangguh daripada minta belas kasihan pada makhlukNya yang kemungkinan besar menjadi tidak ikhlas semisal si Dinda itu. Dalam konteks menuai pahala di ladang amal, kalo saja si Dinda tetap duduk dan tak memberikan tempat duduknya, dia tak berdosa sama sekali. Tetapi dia tak dapat pahala di situ karena tak beramal. Sementara si perempuan hamil... dia mendapat dosa karena dia memaksa minta tempat duduk si Dinda yang notabene mendapatkannya dengan berjuang sedari pagi.  Kelemahan Dinda...(namanya manusia), ia ‘menggunjingkan’ perempuan itu di media sosial ! Yaa... dosa deh tuh !

Kehamilan Adalah Jihad Perempuan

Dalam Islam, dijelaskan bahwa kehamilan adalah jihad paling utama seorang perempuan. Allah SWT sangat mencintai wanita hamil karena kehamilan  adalah salah satu analogi penciptaan. Itu adalah rekonstruksi paling jelas ketika Sang Pencipta ingin menjelaskan tentang ilmu penciptaan. Bagaimana setetes nutfah berkembang menjadi embrio dan janin. Sungguh ! Kehamilan adalah proses yang sangat ‘amazing’ ! Proses demi proses merupakan tanda yang sangat jelas tentang eksistensi Sang Pencipta. Secara jujur pula saya harus akui, proses kehamilan-lah yang membuat saya ‘menemukan’ Rabbku. Dan ketika saya melahirkan bayi pertama sambil berteriak  ‘Allahu Akbar’... itulahsyahadat dan kesaksian yang saya melakukannya denganilmu a’indanilmu yaqin. Itu pula yang kini membuat saya merasa sangat mantap tentang Islam sebagai jalan keimanan.

Dan secara umum maupunsecara  ruhani, fase kehamilan  adalah madrasah pertama bagi si jabang bayi untuk kehidupannya kelak. Tentang itu, Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang berbahagia adalah orang yang bahagia di perut ibunya dan orang yang sengsara adalah yang sengsara di perut ibunya.”

Karena itulah, para ahli hikmah sangat merekomendasikan agar para perempuan yang sedang hamil lebih mendekatkan diri pada Rabbnya. Atau, jika tdak meyakini keberadaan Tuhan, berusahalah untuk selalu berakhlak lebih baik pada saat kehamilan. Karena sesungguhnya, tali plasenta yang menghubungkan si ibu dengan bayinya bukanlah sekedar ‘saluran makanan’ tetapi adalah ‘pertalian ruh’. Makanya si ibu hamil, jika ia menginginkan anak yang baik akhlak dan prilakunya kelak, berjihadlah dalam kehamilannya.  Secara hormonal, kehamilan memang sangat sulit dan berat, apalagi bagi yang baru pertama kali. Perubahan hormon membuat perempuan harus berusaha keras beradaptasi. Ada banyak perempuan yang sakit ketika hamil. Ini memang salah satu derita dan ujian si calon ibu. Tetapi jika kita menyadari bahwa itu merupakan proses yang sangat wajar, maka yakinlah bahwa tak ada penyakit yang tanpa obat. Hadapi itu dengan ikhlas. Apalagi sebagai ‘reward’... Allah Ta’ala berjanji menghapuskan dosa-dosa silam si ibu setelah ia melahirkan bayinya dengan selamat dan penuh ikhlas. Dan menjadikan jiwa dan ruhnya si ibu kembali suci bagai bayi baru lahir. Sesuci bayinya. Makanya, hampir selalu... perempuan seusai melahirkan selalu tampak sangat cantik dan penuh nuur wajahnya.

Dalam sebuah buku yang bagi saya sangat fenomenal, Cara Pintar Mendidik Anak, yang merupakan terjemahan karya Allamah Husain Mazhahiri – seorang irfan,  beliau mengatakan, “Seorang ibu harus tahu bahwa masa kehamilan adalah masa yang sangat sensitif dan menentukan bagi masa depan anaknya. Segala persoalan moral dan spiritual yang dilaluinya semasa kehamilannya akan beralih kepada janin yang berada dalam perutnya. Oleh karena, seorang ibu harus selalu waspada pada saat hamil, dan ia harus menjauhi sifat-sifat buruk dan hina seperti dengki, takabur dan sombong, karena anak menyerap kandungan sifat-sifat ini..”

Untuk Lebih simpelnya adalah, umat Islam biasanya berusaha berbuat baik dan beramal banyak pada saat Ramadan, yakni bulan suci umat Islam. Maka bagi para perempuan , anggaplah masa kehamilan dan menyusui sebagai tahun-tahun suci. Lakukan segala sesuatu lebih baik dan penuh ikhlas. Disarankan pula bagi para ibu menyusui untuk selalu berwudhu ketika mau menyusui bayinya. Ini adalah pelajaran ruhani yang sangat dini buat si bayi. Para awliya Allah yang terpilih biasanya dilahirkan dan dibesarkan oleh seorang ibu yang sangat luar biasa dalam keimanannya...

Itu merupakan prestasi kecemerlangan ruhani para ibu. Sayangnya, dalam realitas di masyarakat... tak di sini tak di mana, para wanita justeru cenderung  memanfaatkan kehamilannya dengan cara bermanja berlebihan. Membebaskan nafsu dan emosi, main-main dengan hal ‘ngidam’ supaya bisa makan sesuai yang diinginkan selalu. Padahal menurut saya, ngidam itu ilusi. Cuma masalah psikologi yang terlalu dieksploitir. Seorang perempuan yang siap secara ruhani, akan melewati masa kehamilan dengan tenang tanpa masalah hingga masa kelahiran dan menyusui. Itulah ciri perempuan salihah dan beriman. Bahagia di setiap keadaan. (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline