Lihat ke Halaman Asli

Faatima Seven

Penulis Moody

Doa dan Cinta Buat Prabowo

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Prabowo yang saya sayangi, Abaikan semua caci dan maki yang dibidikkan padamu, tetaplah gagah dalam niatmu demi  Pertiwi. Saya melihat memang begitu banyak ejekan dan hinaan yang dilontarkan bagai granat padamu, tetapi ketahuilah... lebih banyak pula harapan dan cinta dari rakyat nusantara yang rindu untuk dipimpin olehmu. Itu adalah rakyat sejati. Yang mencintai negeri  ini sebagaimana cita-cita ‘founding fathers’ dulu, sebagaimana juga hasrat dan tekadmu untuk mengembalikan kejayaan bangsa. Pilpres kali ini memang  sangat luar biasa. Dan itu adalah karena kemunculanmu. Sudah beberapa pemilu saya tak peduli. Saya muak dengan politik. Saya muak dengan para politisi. Saya muak dengan janji-janji para kandidat yang selalu tak pernah dipenuhi. Maka, tahun demi tahun, saya cuma menonton pergantian kepemimpinan Indonesia dengan tanpa emosi. Saya cuma berusaha menjadi warga yang baik; tak mencipta huru hara dan tak berminat di oposisi. Saya cuma hidup untuk diri saya sendiri. Tapi tahun ini, ketika saya melihatmu menjadi calon dari sebuah partai, yang  bahkan  bukan partai besar-besar amat...  tiba-tiba saja saya merasa sesuatu. Sesuatu yang saya tak mengerti, apa dan kenapa. Saya bahkan berusaha mempelajari program dan agendamu dalam rangkaian visi dan misimu. Allahım ! Saya tergetar mempelajarinya. Visi dan misimu seperti  puisi pujangga cinta yang sangat indah sekaligus juga laksana mantra yang memiliki kekuatan kimiawi untuk  menjadi obat bagi para penderita sakit, dalam hal ini adalah negara yang sedang sakit. Tiba tiba, ruang di hati saya terisi begitu saja dengan harapan yang tumbuh bertunas. Bahkan saya update status saya di Facebook dengan mengatakan bahwa saya telah menemukan ‘idola baru’ yang saya layak support untuk menjadi Presiden RI ! Pak Prabowo yang saya cintai, Saya ‘wonder’ dan penuh kagum, bagaimana Bapak bisa begitu memahami permasalahan Indonesia dan tahu persis cara mengatasi masalah-masalah itu? Kalo Bapak bukan seorang ‘sakti mandraguna’ pastilah Bapak seorang yang sangat jenius dan diberkahi karena memiliki penglihatan dan wawasan kebangsaan yang  sangat jarang dipahami oleh para kandidat manapun yang berminat dengan Kursi RI1.  Hal yang juga sangat luar biasa tentang Bapak adalah pengalaman hidup Bapak yang sangat kontroversial. Sebagai rakyat biasa, saya hampir tak tahu hal-hal khusus tentang Bapak secara pribadi kecuali isu nasional tentang HAM yang telah menjadi isu internasional dan telah dibebankan di pundak dan punggungmu sejak puluhan tahun lalu. Versi kebenarannya sudah lama saya mendengar dan membacanya tatkala saya masih aktif menjadi seorang jurnalis dulu. Sampai di situpun, nurani saya meyakini bahwa Bapak sesungguhnya tidak bersalah. Dan memang, seiring kampanye pencalonanmu sebagaiCalon Presiden kali ini, satu demi satu cerita kehidupanmu mengemuka. Makin gencar caci dan fitnahmenyerangmu, makin menyeruak dan menyebar ke permukaankisah-kisah heroik tentangmu yang selama ini tak pernah terdengar apalagi beredar. Itu seperti dongeng-dongeng kepahlawanan para ksatria tempo dulu.Sangat menyentuh dan membangkitkan kesadaran sehingga ada banyak pendidikan politik dalam pesta demokrasi Indonesia kali ini. Bapak adalah laksana perpaduan antara spirit para kstaria jaman dulu kala dengan logika para pemimpin di jaman kekinian dan masa depan. Sangat sempurna. Too good to be true. Di  ranah militer, Bapak adalah legenda. Heroik,  dan membanggakan bagi bapak dan ibu bangsa, juga bagi anak-anak bangsa. Di peta politik, Bapak  adalah si madzlum yang selalu disingkirkan oleh para kawanan culas dan berhati tak jujur. Namun itu membuatmu menjadi sosok tangguh yang teruji. Disakiti, membuatmu tak ingin menyakiti. Difitnah, membuatmu menjadi kebal dengan berbagai parang hujatan dan cacian, walaupun... aku yakin dan merasa, kadang hatimu pasti ‘nelangsa’ dan pastinya sudut-sudut matamu juga sering menciptakan telaga bening yang mengalir bersama perasaanmu. Sabarlah, Bapak Prabowoku  sayang ! Engkau tidak sendiri. Ada banyak hati yang diam-diam menyertakanmu di setiap sujud dan salawatnya. Yang engkau tak tahu siapa dia. Mereka ikhlas saban waktu mengirim al Fatihah buat jiwamu. Walaupun tak pernah ada komunikasi lisan denganmu, tetapi hati mereka terhubung denganmu melalui benang takdir dan mereka bergabung dalam satu panji denganmu, semata-mata karena Rabbmu menginginkannya. Engkau juga dikuatkan oleh semangat para pendukungmu yang solid dan mengepalkan tangan tekad langsung di hadapanmu. Mereka ingin berjuang bersamamu, rindu kemuliaan dan kejayaan... dan mereka membutuhkanmu untuk memandu dan memimpin. Jangan kecewakan mereka. Engkau tahu bahwa rakyat mengharap padamu. Engkau lebih tahu suara hati   rakyat bahkan dari rakyat itu sendiri.

Jika akhir-akhir ini ada banyak surat ditujukan padamu yang paragraf awalnya ‘seolah’ memuji dan mengagumi kerjamu namun tiga perempat paragraf lainnya memintamu ‘supaya legowo’ memundurkan diri dan memberikan kemenanganmu pada Jokowi... percayalah, mereka tidak menyadari apa yang mereka katakan. Mereka cuma sedang  ‘crazy in love’ dengan seorang Jokowi. Sebagaimana kehidupan memberi kita tahu, orang kasmaran lebih susah diingatkan dan diajar daripada orang jahil manapun. Makin keras kita mengingatkan, makin mereka berontak dan memusuhi. Maka menghadapi mereka, sebagaimana saya lihat... Bapak sudah berada pada keputusan yang tepat. Bapak tidak balik mencaci, tidak balik memaki. Bahkan Bapak lebih bijaksana dari siapapun yang pernah saya lihat. Tabiik... Bapak Prabowoku sayang. Sebagai seorang yang ‘tak buta’, saya yakin Bapak telah melihat dan memaklumi apa yang orang-orang biasa tak memahaminya, bahkan musuh-musuh politikmu tak sampai pada pemahaman itu. Engkau tahu sesuatu yang engkau tak ingin itu terjadi. Dan dengan segala daya engkau memasang badanmu sendiri di situ, demi pembelaan pada bangsa yang sejatinya telah dititipkan padamu, pada detik ketika engkau memutuskan untuk masuk akademi militer semata-mata karena jiwa pandito-mu. Engkau telah menulis sendiri takdirmu, seizinNya. Jika engkau diguyur hujan sinisme dari orang-orang yang tak mengenalmu, tetaplah sabar dan maklumi... mereka memang tak mengenalmu. Mereka hanya tak bisa menolak derasnya informasi pelintiran yang berlalu lalang dan serentak lagi beruntun.  Yang mungkin membuatmu agak masygul adalah ketika orang-orang yang  engkau kenal dekat dan pernah berada di  lingkaranmu... justeru membencimu hingga ubun-ubun dan menjadi pelopor terbesar yang memasang portal-portal penjegal. Dan itu membuatmu selalu bertanya dan mempertanyakan, “Apa salah saya? Kenapa dia menzalimi saya seperti itu?” Sebegitu  nurani pertanyaan itu, tetaplah tak membuat ‘hater’ berbalik mencintaimu.  Alih-alih, itu menjadi sumberpelintiran baru yang mereka berharap akan menempatkanmu di pojok penghakiman publik. Tetapi... sungguh, itu takkan terjadi. Pada saatnya, semua itu akan berbalik pada para pembuatnya. Seperti  bumerang yang selalu berbalik membunuh pelemparnya. Seperti juga Sang Pencipta menegaskan... makaru makarallahu, wallahu khoirul makirin – siapa saja yang berbuat makar pada Allah, sesungguhnya Allah lah sebaik-baik pembuat makar. Tetaplah di jalanmu dan kuatkan keyakinanmu, karena itulah salah satu kekuatanmu.

Engkau ‘dikabarkan’ dan digambarkan sebagai  pribadi yang  sangat pemarah, bengis dan kejam. Dan orang sejagat yang mudah menyerap informasi tanpa filter, segera menerima itu sebagai fakta. Tetapi alhamdulillah... citra fantasi itu tidak sampai padaku. Aku lebih mempercayai batinku sendiri. Aku lebih percaya pada warna wajahmu dan kilauan ‘kasih sayang’ di sorot matamu setiap kali matamu menatapi orang-orang di sekitarmu. Dan itu, bukanlah sorot mata pembunuh berhati dingin walaupun secara keahlian, hentakan tanganmu bisa membuat terkapar seketika siapa saja yang mengganggumu.  Nusantara tahu  tingkat kemampuanmu dalam hal itu. Maka, engkau memang bukan manusia biasa, Pak Prabowo sayang. Kontradiksi dan kontroversial adalah halmu. Itu sudah dituliskan di Lauh Mahfudz. Engkau lahir sebagai bangsawan nusantara, maka takdirmu adalah negarawan. Engkau lahir sebagai putera begawan ekonomi, tetapi engkau memikirkan ekonomi kerakyatan. Engkau putera terbaik di militer, tetapi dipecundangi dan dipreteli. Engkau didzalimi oleh para petinggi bangsa, tetapi nuranimu terpanggil untuk pulang  berbakti. Engkau selalu dicurigai  ‘tak merakyat’ karena wawasanmu yang serba internasional. Engkau lebih dikenal di jagat buana daripada di jagat nusantara. Tetapi semua itu tak membuatmu menjadi Kacang Yang Lupa Kulitnya. Engkau konon lebih sederhana daripada orang yang selalu mengklaim dirinya ‘lahir di rakyat, besar di rakyat dan dipilih oleh rakyat’. Engkau sampaikan pujian bahkan pada orang yang selalu menghinamu. Engkau sampaikan ‘selamat’ dengan sportif pada siapapun yang layak mendapatnya. Engkau adalah Prabu yang bisa membawa diri dan menjaga diri. Legawa dan penuh wibawa. Tak ada pribadi yang sanggup hidup dalam kontradiksi yang serba kontroversial tanpa hanyut dalam citra yang nestapa, kecuali engkau.  Maka, memang engkau bukan mereka. Engkau bukan manusia biasa. Karena itulah, manusia biasa tak bisa menerima keluarbiasaanmu sehingga engkau selalu berusaha dibinasakan baik oleh fitnah maupun oleh kekuasaan. Terimalah, dan hadapilah... itu adalah sebagian dari takdirmu. Dan tak usah gundah tentang sindiran mereka bahwa tiada seorang ‘putri’ di sampingmu. Engkau dan Rabbmu lebih tahu dari siapapun tentang dirimu. Jika memang engkau rindu dan damba dengan segenap hati dan nafasmu untuk kembali bersama dengan puteri mantan Presiden itu... maka bersatulah lagi dan lakukanlah dengan sebaik-baiknya... rakyat akan lebih mencintaimu lagi karenanya. Tetapi jika hati dan nuranimu lebih tertuju pada kebangkitan Indonesia dan ingin mengabdikan seluruh hidupmu hanya untuk negeri  ini, maka lanjutkanlah hidupmu tanpa peduli dengan sindiran para penyinyir. Kami sebagian besar rakyat, menerima dan mencintaimu apa adanya. Kami menerima dan mendambamu sebagai Prabowo, dengan atau tanpa Titik di sampingmu. Engkau adalah satria yang dikabarkan itu, yang akan membawa Indonesia ke gerbang kejayaan. Insya Allah. Tanggal 22 Juli tinggal beberapa hari lagi. Saya deg-degan  lebih dari sewajarnya. Semoga Allah Ta’ala mendzahirkan semua gelagat dan pertanda yang telah dikabarkan pada para ahli firasat itu. Yang telah dimaklumatkan oleh para begawan di jaman lampau dan telah diperlihatkan di alam-alam bawah sadar pada para ahli makna. Jika memang engkau adalah dia, pastilah segala sesuatu akan berjalan sebagaimana yang telah terduga. Awal dan akhir, akan kembali padaNya. Baik dan buruk, juga berada dalam genggamanNya. Salamcinta dan doa selalu buatmu. Smoga engkau senantiasa dalam lindunganNya, siang maupun malam sepanjang hayatmu. dari Cinta di Sudut Surga, ~FaatimaSeven

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline