Oleh : Ghazi
***
"Jika mata dan telinga kita tidak ada. Ada rasa yang kita punya untuk kita bagikan pada semesta lewat karya." -Ghazi
***
Tidak ada buku terbit atas nama kita jika tidak ada usaha kita menuliskannya. Haruskah semesta mencabut semua nikmat dalam dada kita baru kita berteriak untuk berusaha, di tengah derai air mata. Jelas tidak ingin bukan.
Menulis itu tentang kita. Mau atau tidak berusaha. Melawan atau kalah telak atas kemalasan dalam dada. Meringkuk atas nama malu dan tidak berusaha. Atau terjengkang karena banyak mimpi tanpa aksi nyata.
Jika kalian diminta memilih,
Terjun bebas dari pesawat tanpa pengaman
Atau
Menulis pengalaman paling memalukan
Apa yang kalian pilih?
Jika pilihan pertama yang kalian pilih maka kalian tidak sendirian. Banyak orang di luar sana yang memilih demikian. Memilih menyerah tanpa usaha, tanpa karya, tanpa reaksi nyata.
Pikiran kita dipenuhi ide gila sejak kanak-kanak hingga kini dewasa. Alasan tidak ada ide adalah suatu alasan yang kalian ciptakan saja. Karena sejatinya kalian bisa berbicara tentang nostalgia masa lalu pada siapa saja. Curhat pada sahabat kalian berjam-jam tanpa jeda.
Ketika menyinggung menulis sebagai bagian menjadi mimpi, kalian mengelak dengan alasan tak ada ide di kepala. "Kan gak mungkin curhatan kita umbar menjadi tulisan?"