Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Diperbarui: 5 Juli 2024   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.app.goo.gl/dsxJzQ5kEVbgJ1vU9 via nu.or.id

Sejarah Berdirinya Organisasi PMII

Awal mula berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dari adanya hasrat kuat para mahasiswa nahdliyin untuk membentuk suatu wadah organisasi mahasiswa yang berhaluan ahlussunnah wal jama'ah (ASWAJA) sebagai  penyaluran aspirasi, pengembangan potensi, serta aktualisasi diri, sebelum berdirinya PMII sudah ada organisasi nahdliyyin namun masih bersifat lokal seperti, Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) beridiri pada Desember 1955 di Jakarta, di Surakarta didirikan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) didirikan pada tahun 1955, adapun Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PMNU) di Bandung. Selain organisasi tersebut ada juga mahasiswa nahdliyyin yang bergabung pada IPNU yang terwadahi pada deparemen perguruan tinggi.

Adanya berbagai macam organisasi kemahasiswaan yang berafiliasi kepada NU ternyata tidak mampu membendung hasrat untuk berdirinya organisasi nahdliyyin secara nasional, hal tersebut terbukti pada konferensi besar IPNU pada tanggal 14-17 Maret 1960 di kali urang, Yogyakarta. Dari konferensi besar IPNU tersebut menghasilkan dengan menyepakati berdirinya organisasi mahasiswa nahdliyyin, kemudian dibentuklah panitia penyelenggara organisasi nahdliyyin yang beranggotakan 13 orang mahasiswa NU dari berbagai daerah. Panitia penyelenggara tersebut mengadakan yang disebut dengan musyawarah mahasiswa NU, pertemuan tersebut diselengarakan pada tanggal 14-16 April 1960 di gedung madrasah mu'alimin nahdlatul ulama (Gedung yayasan putri khadijah, Surabaya).

Hasil musyawarah tersebut diumumkan di balai pemuda pada tanggal 21 syawal 1379 H bertepatan pada tanggal 17 april 1960. Maka sejak itulah PMII berdiri dan tanggal 17 April 1960 dinyatakan sebagai hari jadi PMII yang diperingati dengan istlah hari lahir atau lebih dikenal dengan harlah. Dengan tujuan terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Adapun 13 mahasiswa NU yang berkedudukan sebagai panitia penyelenggara yang disepakati sebagai pendiri PMII diantaranya:

  • A. Chalid Mawardi (Jakarta)
  • M. Said Budairi (Jakarta)
  • M. Sobech Ubaid (Jakarta)
  • M. Ma'mun Syukri (Bandung)
  • Hilman (Bandung)
  • H. Ismail Makky (Yogyakarta)
  • Munsif Nachrawi (Yogyakarta)
  • Nurilhuda Suadi BA (Surakrta)
  • Laili Mansjur (Surakarta)
  • Abd. Wahab Djaelani (Semarang)
  • Hizbullah Huda (Surabaya)
  • M. Cholid Marbuko (Malang)
  • Ahmad Husein (Makassar)

PMII didirikan oleh para mahasiswa yang sebagian besar berasal dari lingkungan NU. Sejak awal pendiriannya, PMII memiliki hubungan yang erat dengan NU, baik secara ideologis maupun organisatoris. NU menyediakan dukungan moral dan material bagi PMII dalam berbagai kegiatan dan programnya. Hubungan ini memungkinkan PMII untuk tumbuh dan berkembang menjadi salah satu organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia.

Namun, seiring berjalannya waktu, muncul kebutuhan di kalangan anggota PMII untuk memperkuat identitas dan kemandirian organisasi. Pada tahun 1972, PMII secara resmi menyatakan independensinya dari NU. Deklarasi ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi PMII dalam mengembangkan program dan kebijakan yang lebih sesuai dengan dinamika mahasiswa dan tantangan zaman.

Dinamika Independensi PMII

Keputusan untuk menyatakan independensi tidak berarti memutus hubungan dengan NU. PMII tetap menghormati dan menjalin kerjasama dengan NU dalam berbagai bidang, terutama dalam pengembangan pendidikan dan keislaman. Independensi ini lebih dimaknai sebagai upaya untuk menguatkan peran PMII sebagai organisasi mahasiswa yang otonom, dengan tetap menghormati nilai-nilai dan tradisi yang diwarisi dari NU.

Beberapa tantangan yang dihadapi PMII dalam menjaga independensinya meliputi:

1. Tekanan Politik dan Ideologis: PMII sering kali berada di persimpangan antara tekanan untuk tetap sejalan dengan kebijakan NU dan tuntutan dari anggota yang menginginkan kebebasan berpikir dan bertindak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline