Lihat ke Halaman Asli

Listrik 20.000 Watt dari Kotoran Kerbau & Limbah Pertanian

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga Kampung Langkop Desa Bojongsalam Kec.Rongga Kab.Bandung Barat  akhirnya dapat menikmati listrik setelah menunggu 65 tahun berkat program DESA MANDIRI ENERGI yang diselenggarakan oleh PT.PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten bekerjasama dengan Yayasan Sumber Ilmu.

Sebelum ada  program desa mandiri energi, warga kp. Langkop mayoritas meggunakan lampu teplok berbahan bakar minyak tanah yang harganya Rp. 13.000/liter untuk penerangan di malam hari.  Jaringan PLN tidak dapat menjangkau Kp Langkop karena kampung tersebut berkedudukan di dalam kawasan hutan PERHUTANI sehingga untuk memasang jaringan instalasi listrik disamping memerlukan biaya insvestasi yang tinggi juga harus ada ijin dari PERHUTANI terlebih dahulu. Sejak tahun 2006 warga Kp. Langkop melalui kepala Desa Bojongsalam telah mengajukan permohon pemasangan listrik via program LISTRIK MASUK DESA (LISDES) hingga tahun 2011 permohonan tersebut belum dapat terkabulkan oleh Pemerintah Daerah  Kab.Bandung Barat  karena belum ada ijin dari PERHUTANI. dari 115 KK hanya 12 KK yang mampu memasang Kwh dengan jarak kurang lebih 4 Km memakan biaya sebesar 3 hingga 4 juta rupiah. karena itu bila malam hari wajar kalau Kp. Langkop gelap gulita, sepi  seperti tanpa penghuni padahal Kp Langkop berpenduduk kurang lebih 600 jiwa.

Kompor Biogas

Kompor Biogas

Berkat adanya program desa  mandiri energi yang diinisiasi oleh Yayasan Sumber Ilmu  sekarang warga dapat menoton TV di malam hari, anak – anak dapat belajar diterangi lampu listrik, masjid dan madrasyah juga terang, warung – warung buka hingga malam hari,   kampung menjadi ramai layaknya di kota. ' Melalui kerja keras para inisiator program yang didukung oleh seluruh warga Langkop pembangunan instalasi listrik berbasis energi alternatif ( baca: BIOGAS dan BIOFUEL)  dapat selesai tepat waktu yaitu 90 hari kerja bahkan hasilnya ALHAMDULILLAH  melebihi target yang direncanakan,  semula rencana awal program desa mandiri energi hanya untuk 30 kk warga miskin namun atas dasar musyawarah mufakat dan dukungan penuh dari PT.PLN akhirnya program ini dapat dinikmati 115 kk dan menerangi  fasilitas umum antara lain : 1  buah masjid, 2 buah madrasyah dan 1 buah pukesmas' ujar Budi Sutrisno Ketua Yayasan Sumber Ilmu.

Dengan kapasitas generator listrik 20.000 watt maka masing – masing warga mendapat jatah 100 watt.  Selanjutnya pengelolaan isntalasi listrik diserahkan kepada warga melalui kepala desa Bojongsalam, dan untuk operasionalnya dibentuk BUMDES (Badan Usaha Milik Desa), BUMDES yang akan mengatur segala sesuatu yang terkait dengan pemakain dan pemeliharaan listrik berbasis energi alternatif.  Iuran listrik didasarkan pada hasil musyawarah antara pengurus BUMDES dengan warga, sehingga tidak memberatkan warga. Pemakaian listrik dibatasi selama 6 – 7 jam setiap hari.  pembatasan tersebut dimaksudkan agar umur teknis generator dapat mencapai 5 tahun.

GENSET DUAL DUEL (BIOGAS & SOLAR)

GENSET 20 Kw DUAL FUEL (BIOGAS & SOLAR)

Energi alternatif sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sumber energi listrik pedesaan terutama di Kabupaten Bandung Barat yang  30 % penduduknya belum menikmati fasilitas listrik negara. Keuntungan utama mengembangkan energi alternatif berbasis limbah peternakan dan pertanian serta limbah rumah tangga adalah  dapat menghemat pemakaian BBM dengan kata lain  menghemat APBN (baca : mengurangi  subsidi BBM),   ramah lingkungan ,  dan membuka kesempatan kerja bagi penduduk lokal.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada PT.PLN yang telah memberi  kepercayaan kepada Kami (Yayasan Sumber Ilmu) menjadi mitra dalam implementasi program desa mandiri energi, dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi kontribusi sehingga program dapat terlaksana dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline