Selamat pagi, siang, sore juga malam bagi pembaca yang budiman. Kisah ini hanyalah pengalaman semata, sebab guru yang berharga adalah sebuah pengalaman beberapa peristiwa. Sekitar tahun 2022 lalu, sebuah universitas mengadakan kegiatan tersebut sebagai pengabdian kepada masyarakat setempat yang mengutus beberapa mahasiswa dan mahasiswi dalam bentuk kelompok.
Rumah tempat para mahasiswa dan mahasiswi merupakan peninggalan ala bahasa Sunda "Bumi Karuhun." Hal tersebut, dialami oleh pengalaman dengan alasan yang agak mistis. Dimana, beberapa kejadian diluar nalar manusia bisa saja terjadi. Tetapi, dalam hal ini menjaga perilaku; moral; sopan santun dan seterusnya adalah kewajiban bagi setiap mahasiswa dan mahasiswinya, tentu supaya kegiatan tersebut berjalan dengan lancar sampai selesai.
Salah satu mahasiswa tersebut, mengalamu sebuah romantika kehidupan. Dimana dia telah menaruh hati kepada kawan sekelompon KKN. Walaupun kandas, tetapu dia tetap belajra untuk menjadi profesional dalam mengabdi.
Kemudian, untuk beberapa program mengabdi kepada masyarakat setempat. Tidak perlu memasang sebuah plang disetiap gang. Ya, karena masyarakat tersebut ialah pribuminya. Tidak mungkin, bisa tersesat di wilayahnya sendiri. Atau seperti menjalankan program membuang sampah pada tempatnya adalah sebuah budaya yang perlu diwariskan untuk generasi selanjutnya. Juga kesuksesan dari mengabdi bbisa memberikan sebuah tindakan yang baik bagi lingkungan.
Mahasiswa tersebut juga, didalam kegiatan yang begitu padat bisa menyelesaikan bacaan dua buku bertema filsafat, karena rata-rata dikelompiknya mahasiswa dari jurusan filsafat. Lumayan, untuk menambah wawasan.
Terakhir, yang bisa disimpulkan sementara adalah setelah lulus dari perguruan tinggi bisa tetap ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H