Lihat ke Halaman Asli

Fasya Afria

Mahasiswa PGSD

Sosialisasi Biopestisida Berbahan Alami: Manfaat dan Cara Pembuatan

Diperbarui: 11 Februari 2025   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada hari Sabtu, 1 Februari 2025, pukul 17.00 hingga 18.00, telah dilaksanakan kegiatan sosialisasi bertajuk Sosialisasi Biopestisida Berbahan Alami: Manfaat dan Cara Pembuatan di Desa Kapunduhan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan praktis kepada warga, khususnya petani sawit, dalam pembuatan dan penerapan biopestisida berbahan alami sebagai alternatif ramah lingkungan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman.  

Acara ini dihadiri oleh Kepala Desa Kapunduhan, Menteri Tani Desa, serta masyarakat setempat yang mayoritas berprofesi sebagai petani sawit. Kegiatan ini diselenggarakan oleh mahasiswa KKM 36 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) sebagai bagian dari program pengabdian kepada masyarakat. Sosialisasi ini dipaparkan oleh mahasiswa program studi Agroekoteknologi yaitu Arif Aryadama Shidiq dan Stepiano Enriqo Armando Pedja angkatan 2022. Sosialisasi diawali dengan penyampaian materi mengenai biopestisida, yang mencakup pengertian, manfaat, dan cara penggunaannya pada tanaman sawit. Pemateri menjelaskan bahwa biopestisida terbagi menjadi dua jenis, yaitu pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati berasal dari ekstrak tanaman yang mengandung senyawa aktif untuk mengendalikan hama, sedangkan pestisida hayati berbasis mikroorganisme yang menghasilkan senyawa toksik bagi hama dan penyakit tanaman.  

Selain itu, pemateri juga menjelaskan manfaat penggunaan biopestisida dibandingkan dengan pestisida kimia. Biopestisida lebih ramah lingkungan karena mudah terurai di alam dan tidak mencemari tanah maupun air. Selain itu, penggunaannya tidak menyebabkan resistensi pada hama, sehingga mencegah munculnya hama baru yang lebih sulit dikendalikan. Keunggulan lainnya adalah biopestisida lebih aman bagi manusia dan ekosistem, sehingga dapat digunakan tanpa menimbulkan risiko kesehatan bagi petani maupun konsumen hasil pertanian.  

Sebagai bentuk pembelajaran praktis, kegiatan ini dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan biopestisida berbahan alami. Warga diajarkan cara membuat biopestisida menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di sekitar desa, seperti serai wangi, daun sirih, daun sirsak, lidah buaya, dan detergen bubuk. Serai wangi mengandung minyak atsiri yang bersifat pengusir serangga, sementara daun sirih memiliki sifat antijamur yang dapat melindungi tanaman dari serangan jamur patogen. Daun sirsak dikenal memiliki senyawa insektisida alami yang efektif dalam membasmi kutu dan ulat, sedangkan lidah buaya berperan sebagai perekat alami agar larutan pestisida lebih menempel pada tanaman. Detergen bubuk ditambahkan untuk membantu proses pencampuran larutan agar lebih efektif dalam aplikasi di lapangan.  

Proses pembuatan biopestisida dilakukan dengan langkah-langkah sederhana. Pertama, peserta menyiapkan bahan dan alat seperti ember, pisau, saringan, talenan, gelas ukur, dan corong. Selanjutnya, daun sirsak, daun sirih, dan serai wangi dihaluskan hingga menghasilkan ekstrak yang kaya akan senyawa aktif. Ekstrak ini kemudian dicampurkan dengan air, lalu ditambahkan detergen sebagai perekat agar formulasi lebih stabil. Setelah diaduk rata, larutan disaring sebelum siap digunakan sebagai biopestisida alami.  

Setelah pembuatan selesai, biopestisida yang telah dibuat langsung diaplikasikan pada tanaman sawit sebagai bagian dari edukasi praktis. Warga tampak antusias dalam proses ini, karena mereka dapat melihat langsung bagaimana biopestisida bekerja di lapangan. Kegiatan ini juga diakhiri dengan sesi diskusi dan tanya jawab, di mana para petani berbagi pengalaman serta bertanya mengenai penerapan biopestisida untuk berbagai jenis tanaman lainnya.  

Sebagai penutup, dilakukan sesi foto bersama antara peserta dan penyelenggara sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi masyarakat. Melalui kegiatan ini, diharapkan petani di Desa Kapunduhan dapat mulai beralih ke penggunaan biopestisida berbahan alami guna mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia. Dengan demikian, pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dapat terwujud di desa ini.


Penulis: Eloh Bahiroh, SE.,MM., Arif Aryadama Shidiq dan Stepiano Enriqo Armando Pedja 

Dosen Pembimbing Lapangan KKM 36 dan Mahsiswa Agroekoteknologi UNTIRTA

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline