Lihat ke Halaman Asli

Broken Home Bukan Alasan Mengabaikan Tuhan

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ada yang bilang menyimpang dari aturan adalah tuntutan kehidupan. Yang katanya kejam, tidak menempatkan dirinya pada yang namanya keadilan. Bukankah memang begitu cara Tuhan menguji kesabaran dalam penantian?

"Ayah Ibuku sudah lama bercerai, aku hanya dihidupi oleh seorang Ibu yang harus mondar-mandir banting tulang sendirian."

Alasan pertama membenci kehidupan. Membenci semua pria sebab ibunya ditinggalkan. Buat apa lagi lelaki menggenapi? Toh, nyatanya Ibuku bisa hidup sendiri.

"Ibuku berselingkuh sebab katanya Ayah tak bisa membuatnya bahagia."

Alasan mengapa aku mempermainkan keadaan. Memainkan peran untuk menggandeng jemari yang berbeda setiap hari. Aku bisa merengek kesana kemari sesuka hati. Meminta ini itu pada lelaki mana pun. Bukankah Ibu adalah panutan? Bukankah begitu yang Ibu ajarkan?

"Ayahku pemabuk berat, setiap hari memukuli Ibuku. Lebam di sekujur tubuhku pun jadi saksi bisu."

Alasan sebatang rokok adalah penghilang pilu. Ada rasa yang melegakan di setiap hisapannya. Menghilangkan pekat yang membayangi setiap pukulan yang selalu berdentam-dentam di telingaku. Sabu-sabu jadi pilihan kedua, aku bisa menghirup ketenangan di balik kegetiran. Aku bisa merasakan kehidupan yang bebas tanpa masalah yang selalu saja jadi hidangan.

"Ayah dan Ibuku hanya seorang pemulung. Bisa apa untuk mencukupi kebutuhanku? Kami tinggal di gubuk kecil yang terbuat dari triplek, aku bahkan tak bisa meluruskan kakiku sendiri."

Alasan aku lebih suka menepi, sendiri. Dicaci maki sudah jadi makanan sehari-hari hanya karena aku seorang yang fakir miskin. Begitu mudah semua menghina, melempariku dengan tatapan "jijik". Aku benci orang tuaku, sebab mereka membuatku malu. Aku tidak layak belajar, aku juga tidak ingin belajar di sekolah. Aku tidak punya fasilitas seperti yang dimiliki teman-teman. Aku benci orang tuaku sebab mereka bukan yang pandai mencetak lembaran uang.

"Aku seorang penghuni panti asuhan, tak pernah mengenal kasih sayang orang tua," atau "Orang tuaku pebisnis yang sukses, setiap hari bergelut dengan kehidupan yang bergelimang harta. Mencari uang adalah ambisi, lalu aku hanya disuguhi materi."

Alasan mengapa aku mencari perhatian dari sana-sini. Dengan cara apapun akan ku lakukan demi mendapatkan kasih sayang dari segala penjuru. Bahkan menjadi yang tak mengenal adat istiadat. Aku tak peduli, yang penting aku bisa menjadi pusat perhatian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline