Lihat ke Halaman Asli

Trauma PRJ (Pekan Raya Jakarta)...

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13094820981287807555

Sungguh suatu pengalaman yang sangat berharga bagi kami ketika mengunjungi Pekan Raya Jakarta tempo hari. Tadinya kami berpikir mumpung ada kesempatan jalan-jalan ke Jakarta tidak ada salahnya mengajak keluarga ke tempat hiburan murah meriah tersebut. Maklum sesekali meninggalkan kampung dan melihat kemegahan Jakarta adalah hal yang sangat jarang kami lakukan. Lepas magrib kami berangkat dari penginapan berikut dua anak kami tercinta. Di jalan sudah dihadapkan dengan kemacetan luar biasa. Kami masih tetap sabar walaupun sampai anak sulung kami tertidur dalam taksi. Sampai di tujuan terkaget-kaget kami dibuatnnya melihat ribuan manusia berjubel di luar dan dalam area. Sepanjang kami berjalan melalui beberapa stand tanganku tidak pernah lepas memegang anak bungsu kami, bahkan seringkali harus aku gendong karena khawatir tergencet pengunjung lain. Masuk di salah satu gedung selepas mencicipi makanan ringan anak bungsu kami yang centil itu memaksa untuk melihat mainan anak-anak. Kami pun menurutinya, sementara istri melihat-lihat stand lain sambil berpesan wanti-wanti untuk tidak jauh dari anak-anak. Si bungsu saya lihat tengah asyik melihat mainan sambil jongkok, sementara aku dan si sulung berdiri disebelahnya. Selang beberapa saat salah satu salesman mengajaku berbicara menawarkan salah satu produk. Sebagai orang timur walaupun terpaksa aku ladeni sang Salesman untuk sekedar mendengarkan. Pembicaraan aku perkiraakan paling lama berlangsung selama 15-20 detik. Dari sinilah mimpi buruk bermula, tanpa disadari si bungsu tampaknya tidak menyadari kalau kami berdiri di sebelahnya. Selesai aku berbicara dengan Salesman saya lihat si bungsu sudah tidak ada ditempatnya lagi, kami panik bukan kepalang. Lihat ke sekitar tidak kami temukan, kami berlari kesana kemari tidak kami temukan juga. Aku berteriak memanggil istri yang juga langsung panik begitu aku beritahu. Bertiga kami seperti kesetanan berlari berteriak kesana-kemari memanggil nama si bungsu. Ruby!...Ruby!...Ruby!...Tak kami hiraukan orang sekeliling yang mengumpat. Kami tanya kepada penjual mainan yang tadi ditongkrongi si bungsu pun bukannya membantu yang kudengar hanya dia berkata " Bapak sih, punya anak bukannya diawasin...malah meleng kemana aja"...duh Gusti...

13094823451920867281

Satu menit yang terasa sangat panjang bagi kami sebelum akhirnya ada penjaga stand yang memberitahu bahwa anak kami sudah diamankan oleh pihak Security. Tak terasa setegar-tegarnya pria air mataku meleleh saat kulihat anakku tengah berkaca-kaca dibangku Security gedung. Kupeluk langsung si bungsu dan segera kuberitahu istriku yang tengah senewen diantara kerumunan orang. Begitu juga si sulung bahkan sempat terlihat kecapaian ikut berlari kesana kemari. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan pihak security PRJ atas kesigapannya membantu kami saat itu. Pelajaran yang kami petik sebagai hikmahnya yaitu; 1. Jangan pernah melepaskan pandangan dan perhatian dari anak-anak terutama ditengah keramaian 2. Jangan pernah merasa anak kita berada di tempat yang aman ketika dikeramaian sehingga kita bisa melepaskan fokus ke tempat lain 3. Anak akan panik dan cenderung segera mencari dan berlari ketika sadar tidak ada orang yang dikenal disekitarnya.  Keterbatasan anak dalam mendapatkan pandangan luas harus dimaklumi walaupun kita berdiri di sampingnya mereka hanya melihat sebatas jangkauan mata saja. 4. Beritahu anak posisi kita disekitarnya agar jika mereka mencari kita tidak ke arah yang salah 5. Ajari anak untuk tetap diam ditempat dan berteriak/memanggil kita sekencang-kencangnya jika merasa "ditinggalkan". 6. Segera minta bantuan pihak keamanan dengan menyebutkan ciri-ciri sang anak, kejadian kemarin karena gugup dan panik aku pun sampai lupa mengingat baju apa yang dipakai si bungsu Bayangan kami  saat itu sudah Sampai kepada yang terburuk sekalipun yang membuat kami merinding. Bagaimana jika si bungsu lari ke luar gedung dimana lautan manusia siap menghimpitnya, bagaimana jika ada orang jahat yang membawa lari anak kami dan dijadikan anak jalanan seperti cerita-cerita seram yang sering kami dengar....Naudzubillahhimindzalik. Sepulang dari PRJ yang dapat kami lakukan adalah sujud syukur kepada Allah SWT  karena kami masih diberikan kesempatan untuk berkumpul kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline