Lihat ke Halaman Asli

Memahami Filsafat Eksistensialisme ala Soren Kierkegaard

Diperbarui: 8 Oktober 2024   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : https://en.m.wikipedia.org/wiki/S%C3%B8ren_Kierkegaard

Kierkegaard pada dasarnya adalah seorang penulis polemik, karena karya-karya sastranya yang berhubungan dengan kesusasteraan yang dianggapnya sebagai kelemahan agama Kristen. Kierkegaard juga memiliki sifat terbuka terhadap kritik, ia sering menjadi oposisi pada pemikiran yang ada pada masanya.  Kierkegaard bukan mengkritik Keagamaan Kristen, dan penganutnya. melainkan mengkritik kepada gereja yang bertali erat dengan negara (established church).  Bagi Kierkegaard, kebenaran adalah tentang objektifitas dan subjektifitas. Melalui nama pena Johannes Climacus, Kierkegaard menulis suatu pasal "subjektifitas adalah kebenaran". Untuk mengartikannya, kita harus membaca kebenaran yang ada di sekitar kita bukan sebagai kebenaran tetap atau suatu kemutlakan, tetapi sebagai sesuatu yang subjektif.

dengan banyaknya cobaan hidup sejak kecil, membuat Kierkegaard memberi kritik kepada filsafat yang memfokuskan kehidupan manusia di dunia dan tidak membicarakan eksistensi dari manusia itu sendiri. baginya eksistensi manusia ada 3 kategori, estetis yang dimana manusia hanya peduli dengan duniawi, selanjutnya adalah etis atau manusia yang bijaksana selama menjalani hidupnya, dan yang terakhir yaitu religius atau manusia yang berhadapan dengan Tuhan sehingga kehebatan apapun yang dimiliki manusia tidak akan berlaku lagi jika sudah berhadapan dengan Tuhan.

setiap pemikiran Kierkegaard selalu ada nilai religius terutama Kristiani, Keluarganya yang taat membuat Kierkegaard memahami bahwa agama, hubungan manusia dengan Tuhan membuatnya memahami eksistensialisme. baginya Tuhan adalah entitas yang tidak bisa dilihat secara jelas dengan sudut pandang ilmiah. baginya juga Tuhan adalah keberadaan yang bertindak untuk melindungi dan menyelamatkan Hidup kita. Meskipun Kierkegaard dan keluarganya adalah orang yang taat dia tetap objektif terhadap apa yang ia lihat disekitarnya, melihat praktek keagamaan Kristen didaerahnya dia menganggap kalau keagamaan disana hanya sebagai religius formalitas dan ritual. Masyarakat disana bukannya untuk mendapatkan keselamatan dari Tuhan, melainkan dibuat seakan-akan sebuah ritual hanya untuk formalitas seperti kebudayaan biasa.

Kierkegaard juga berpendapat kalau, manusia harus menjadi apa yang dia mempercayai bukan malah terpengaruh oleh masyarakat yang membuatnya tidak bebas dan tidak menjadi dirinya sendiri. Maka dari itu, Masyarakat sangat berpengaruh terhadap eksistensi Manusia Karena masyarakat memiliki sebuah kebiasaan dan menjadi budaya yang tentu saja itu mempengaruhi jati diri setiap individu manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline