Lihat ke Halaman Asli

Farras Ziyad Muhammad

Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah

Islam Syi'ah: Sejarah, Pemikiran dan Perkembangannya di Indonesia

Diperbarui: 21 Desember 2023   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aliran syi'ah merupakan salah satu aliran atau mazhab yang ada dalam Islam. Syi'ah Ali merupakan bentuk panjang dari syi'ah yang berarti pengikut Ali. Aliran ini mengidolakan Ali bin Abi Thalib, serta keturunannya yaitu imam-imam pemimpin agama Islam setelah Nabi Muhammad SAW. Namun tidak hanya kelompok Syi'ah saja yang mencintai atau mengidolakan Ali bin Abi Thalib, tetapi seluruh umat Islam juga mencintai Ali. Syi'ah berkeyakinan bahwa keluarga Nabi SAW yakni ahlulbait, lebih berhak menjadi pemimpin umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad SAW.

Sejarah terbentuknya Syi'ah

Menurut para sejarawan, kemunculan aliran Syi'ah dibagi menjadi dua periode, yaitu periode semasa hidup Nabi Muhammad SAW dan yang kedua pasca wafatnya Husain bin Ali.  Setelah wafatnya Rasulullah SAW, umat muslim saat itu membutuhkan pemimpin untuk menggantikan Nabi Muhammad SAW yang dimana pada akhirnya Abu Bakar lah yang terpilih menjadi khalifah pertama. Namun kelompok Syi'ah berpendapat bahwa seharusnya kepimimpinan Rasulullah SAW harus diwariskan kepada keluarga Nabi SAW, terkhusus kepada Ali bin Abi Thalib. Kemudian pasca wafatnya Husain bin Ali di peristiwa Karbala pada tahun 680 M, aliran Syi'ah mulai menemukan identitas politik mereka. Sebelum terjadinya peristiwa Kurbala, Syi'ah belum memenuhi syarat untuk terbentuknya mazhab yang khas baik dari ciri-ciri dan karakternya. Baru lah setelah tragedi Kurbala kelompok Syi'ah mulai menemukan karakter politiknya dan tertanam pada seluruh pengikut aliran Syi'ah.

Pemikiran aliran Syi'ah

Pemikiran dari Syi'ah ini memiliki beberapa perbedaan dengan aliran Islam lainnya seperti aliran Sunni. Perbedaan yang terlihat diantaranya adalah konsep imamah Syi'ah. Aliran Syi'ah meyakini bahwa kepemimpinan pasca Rasulullah SAW wafat seharusnya diwariskan kepada dua belas Imam yang mereka yakini memiliki kemampuan untuk memimpin umat Islam. Mereka juga meyakini bahwa ke dua belas Imam ini  terbebas dari dosa dan memiliki pengetahuan yang setara dengan para Nabi. Aliran Syi'ah memiliki hari raya tersendiri yaitu Azadari (Berduka). Hal ini terkait dengan syahid nya Husain bin Ali, dan sudah menjadi salah satu identitas mereka. Prinsip taqiyyah juga dilakukan oleh mereka, dimana seorang Syi'ah diizinkan untuk menyembunyikan keyakinannya jika hal tersebut dapat membahayakan nyawa jika diungkapkan. Pemikiran-pemikiran itulah yang membuat aliran Syi'ah ini berbeda dengan aliran Sunni yang merupakan aliran utama yang dianut umat muslim.

Perkembangan Syi'ah di Indonesia

Dilihat dari sejarahnya, kelompok Syi'ah Indonesia di klasifikasikan menjadi empat generasi utama. Generasi pertama yaitu saatpertama kali Syi'ah masuk ke Indonesia yaitu tepatnya pertama kali di Aceh. Saat itu raja pertama di kerajaan Samudra Pasai yaitu Marah Silu menganut aliran Syi'ah dan menggunakan gelar Malikul Saleh. Pada generasi pertama ini Syi'ah tidak memiliki konflik dengan aliran lainnya karena mereka menggunakan prinsip taqiyyah untuk menghindari tekanan dari pihak penguasa. Pada generasi kedua, Syi'ah sudah mulai masuk di Indonesia. Namun mereka menyimpan keyakinan mereka untuk diri mereka sendiri dan hanya untuk keluarga saja, sehingga membuat mereka belum ada semangat untuk menyebarkan pemahamannya kepada orang lain. Generasi ketiga Syi'ah didominasi oleh orang dengan intelektual yang tinggi karena banyak yang berasal dari perguruan tinggi. Generasi ini terdiri dari mahasiswa, kelompok menengah keatas,dan akademisi perguruan tinggi. Mereka memiliki akses hubungan  Islam internasional. Namun pemikiran pada generasi ini cenderung radikal. Dan terakhir generasi keempat, kelompok ini mulai mempelajari fikih Syi'ah dan sangat bersemangat dalam penyebaran ajaran Syi'ah. Namun sayangnya generasi ini juga sering berkonflik dengan aliran Islam lainnya dan juga pemikiran intelektual mereka menjadi terbelakang karena terlalu sibuk mempelajari fikih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline