Lihat ke Halaman Asli

Untuk Masa Kecilku: Aku Merindukanmu dalam Sepi yang Terabaikan

Diperbarui: 11 November 2023   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Unsplash/Jordan Whitt

Dalam hening yang menyakitkan, aku merayakan kenangan masa kecilku yang telah lama terlupakan. Senyum kepolosan yang dulu menghiasi wajahku kini hanya menjadi bayangan pucat dalam alam nostalgia yang sunyi. Aku merindukanmu, masa kecilku, dengan kerinduan yang semakin memudar di dalam kabut kehidupan dewasa.

Bibirku tak lagi mampu menyusun senyuman tulus seperti dulu. Warna-warna ceria yang melingkupi hari-hari kecilku seolah-olah dicuci oleh air mata waktu yang tanpa ampun menghantam. Hanya tinggal sisa-sisa kenangan yang tersisa, seperti puing-puing rumah yang pernah indah namun kini runtuh tak berdaya.

Masa kecilku, kau adalah masa di mana kehidupan terasa seperti dongeng. Namun, dongeng itu berakhir dengan tragis saat dewasa menyeretku masuk ke dalam labirin kelabu yang tak pernah kusangka. Kini, aku merindukanmu, bukan sebagai kenangan indah, melainkan sebagai luka yang belum sembuh.

Dulu, langit biru adalah atap dunia yang tak terbatas bagiku. Namun, sekarang, langit hanya menyaksikan kehilangan dan kerinduanku. Kenangan masa kecilku terasa seperti bintang yang pudar, menyisakan kegelapan di dalam hatiku. Aku merindukanmu, masa kecilku, seolah-olah engkau adalah bintang yang tak pernah kembali menerangi malamku.

Bersama dengan senyum, aku merindukan keteduhan hati yang kini telah hilang. Dunia yang dulu penuh warna kini terasa hitam putih, dan kebahagiaan yang kusimpan dalam kotak kenangan semakin lama semakin rapuh. Aku merindukanmu, masa kecilku, seakan-akan engkau adalah pelipur lara yang tak pernah kembali.

Di antara tawa dan tangis, masa kecilku mengukir kisah pilu yang membekas di setiap goresan hatiku. Kehilangan yang tersembunyi di balik senyum dan kepolosan telah membentuk pahitnya realitas dewasa. Aku merindukanmu, masa kecilku, seperti seseorang yang kehilangan rumah dan tak lagi tahu harus pulang ke mana.

Seiring waktu berlalu, aku menyadari bahwa masa kecil bukanlah tempat yang bisa kembali. Kenangan yang terkubur dalam kerinduan itu menjadi beban yang semakin sulit kutanggung. Aku merindukanmu, masa kecilku, seolah-olah engkau adalah saksi bisu dari kehancuran diriku yang tak terelakkan.

Dalam kesendirian malam, aku mencoba memanggil kenanganmu, tetapi hanya ada kehampaan yang meresap dalam jiwaku. Aku merindukanmu, masa kecilku, dengan segenap kepedihan yang tak mampu kuungkapkan. Hanya ada lagu kesedihan yang memainkan simfoni kenangan yang telah sirna, dan aku, seperti penonton yang tersesat, terdiam dalam kehampaan yang memelukku erat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline