Lihat ke Halaman Asli

Mental Health: Sampai Kapan Aku Begini?

Diperbarui: 6 November 2023   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://richmondpulse.org/2020/07/06/finding-light-in-the-darkness-of-depression/

Dalam keheningan malam yang gelap, di suatu sudut pikiran yang dalam, seringkali muncul pertanyaan yang menyusup, "Sampai kapan aku begini?" Pertanyaan ini adalah lantunan resah dari jiwa yang telah merasakan beban berat kesehatan mentalnya.

Perjalanan kesehatan mental adalah sebuah odisseia melintasi samudera pikiran yang dalam, yang membingungkan, menghantui, dan seringkali menghancurkan. Ini adalah perjalanan yang merumuskan filosofi eksistensi kita, menggoyahkan fondasi identitas diri, dan seringkali membuat kita terjebak dalam kegelisahan.

Dalam kata-kata Seneca, seorang filsuf Romawi kuno, "Kita tidak hidup agar kita sehat, tetapi kita sehat agar kita dapat hidup." Namun, bagi banyak dari kita yang berjuang dengan masalah mental, pertanyaan "Sampai kapan aku begini?" menggambarkan keraguan akan kemampuan kita untuk menjalani kehidupan yang bermakna.

Kesehatan mental adalah salah satu filosofi eksistensial terdalam yang dapat kita hadapi. Ini adalah refleksi keberadaan manusia yang menggali ke dalam lapisan terdalam jiwa. Kita bertanya pada diri sendiri mengenai tujuan, makna, dan tujuan hidup. Dalam pergulatan ini, kita sering menemui rasa resah yang membelenggu pikiran kita.

Mengapa kita merasa resah? Karena kesehatan mental adalah cermin jiwa kita. Saat kita merasa terjebak dalam siklus kecemasan, keputusasaan, atau depresi, kita mempertanyakan hakikat keberadaan kita. Bagaimana kita dapat mencapai makna hidup yang sejati saat pikiran kita dilanda badai?

Mungkin ada jawaban dalam filsafat eksistensialisme. Jean-Paul Sartre mengatakan, "Kita adalah bebas. Kita adalah bebas untuk membuat pilihan yang kita inginkan, tetapi kita tidak bebas untuk memilih konsekuensinya." Mungkin dalam perjalanan kesehatan mental, kita harus menerima bahwa kita memiliki kebebasan untuk meraih kedamaian dalam kisah hidup kita, meskipun kita tidak dapat menghindari konsekuensi tantangan dan perjuangan.

Kesehatan mental bukanlah tujuan akhir yang pasti; itu adalah perjalanan yang tak pernah berakhir. Ini adalah upaya yang terus-menerus untuk memahami diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita. Dan kadang-kadang, kita harus merenungkan kata-kata Albert Camus, "Kita harus membayangkan Sisifus sebagai orang bahagia."

Dalam mitos Sisifus, Sisifus dihukum untuk mendorong batu besar ke puncak bukit, hanya untuk melihat batu itu jatuh kembali ke dasar. Meskipun hukuman itu tampak sia-sia, Camus menunjukkan bahwa Sisifus menemukan makna dalam tindakannya sendiri, bahkan dalam ketidakpastian yang abadi. Mungkin kita harus belajar untuk menemukan makna dalam perjalanan mental health kita sendiri, bahkan ketika kita merasa terjebak dalam kegelisahan yang tak ada habisnya.

Sejauh mana kita mampu menjawab pertanyaan "Sampai kapan aku begini?" mungkin adalah cermin dari seberapa dalam kita memahami diri sendiri dan sejauh mana kita menerima kebebasan dan tanggung jawab kita atas hidup kita. Kesehatan mental adalah perjalanan filosofis yang terus berlanjut, sebuah eksplorasi yang tak pernah berakhir.'

Muhammad Farras Reizaldy

Personal Website: Mbaheza




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline