Saat libur tahun barunan, anak-anak muda sepantaran saya, jalan-jalan ke pantai, ke cafe-cafe, kencan dengan gebetan dan lain sabagainya. tapi saya?... Kepantai dengan siapa? Ke Cafe (sudah agak bosan), kalau kencan? Kencan dengan siapa? Wong saya ini jomblo wkwk. Jadi, akhirnya saya memutuskan untuk berlibur ke kuburan.
Hah, kuburan? Iya kuburan, maksud saya itu ziarah makam bro. Karena kebetulan saya ini santri yang sedang berlibur, jadi menurut saya, inilah jalan-jalan sambil liburan yang pas untuk saya.
Awalnya, Bapak saya itu didatangi sedulur tunggal gurunya dan dikabari bahwa, akan diadakan ziarah makam, dengan tujuan ke makam-makam Guru Wasithah atau lebih familiar disebut Mursyid Tarekat Syattariyah yang ada di Jawa Timur. Teman-temannya Bapak, menunjuk Bapak sebagai penunjuk jalan (karena sudah pernah ke tempat tujuan).
Kemudian, Bapak saya pun menyanggupinya. Dan ya begitulah, saya pun ikut andil dalam acara ziarah makam tersebut. Kebetulan saya ini sejak kecil sudah ikut Tarekat Syattariyah, jadi saya sangat bersemangat untuk mengikutinya.
Sejarah Tarekat Syattariyah
Menurut sejarah, Tarekat ini dinisbahkan kepada Syekh Abdullah As-Syattar. Orang yang berjasa mengembangkan dan mempopulerkannya di wilayah India. Sebelumnya, Tarekat ini lebih dikenal dengan nama Isyqiyah dan Bistamiyah.
Tarekat ini pertama kali masuk ke Indonesia, sekitar abad ke-17 an. Yang dibawa oleh seorang sufi Syekh Abdul Rauf As-Singkili Aceh, kemudian disebarkan oleh murid-murid beliau. Seperti di Sumatra oleh Syekh Burhanuddin Ulakan dan di daerah Jawa Barat oleh Syekh Safarwadi Abdul Muhyi Pamijahan. Dari Jawa Barat menyebar ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Nasab Guru Wasithat atau Mursyid Tarekat Syattariyah
1. Nabi Muhammad SAW
2. Sayyidina Ali bin Abi Thalib
3. Sayyidina Hasan bin Ali asy-Syahid
4. Imam Zainal Abidin
5. Imam Muhammad Baqir
6. Imam Ja'far Syidiq
7. Abu Yazid al-Busthami
8. Syekh Muhammad Maghrib
9. Syekh Arabi al-Asyiqi
10. Qutb Maulana Rumi ath-Thusi
11. Qutb Abu Hasan al-Hirqani
12. Syekh Hud Qaliyyu Marawan Nahar
13. Syekh Muhammad Asyiq
14. Syekh Muhammad Arif
14. Syekh Abdullah asy-Syattar
16. Syekh Hidayatullah Saramat
17. Syekh al-Haj al-Hudhuri
18. Syekh Muhammad Ghauts
19. Syekh Wajihudin, kepada
20. Syekh Sibghatullah bin Ruhullah
21. Syekh Ibnu Mawahib Abdullah Ahmad bin Ali
22. Syekh Muhammad Ibnu Muhammad,
23. Syekh Abdul Rauf Singkel
24. Syekh Abdul Muhyi (Safarwadi, Tasikmalaya)
25. Kiai Mas Bagus (Kiai Abdullah) di Safarwadi
26. Kiai Mas Bagus Nida' (Kiai Mas Bagus Muhyiddin) di Safarwadi
27. Kiai Muhammad Sulaiman (Bagelan, Jateng)
28. Kiai Mas Bagus Nur Iman (Bagelan)
29. Kiai Mas Bagus Hasan Kun Nawi (Bagelan)
30. Kiai Mas Bagus Ahmadi (Kalangbret, Tulungagung), kepada
31. Raden Margono (Kincang, Maospati)
32. Kiai Ageng Aliman (Pacitan)
33. Kiai Ageng Ahmadiya (Pacitan)
34. Kiai Haji Abdurrahman (Tegalreja, Magetan)
35. Raden Ngabehi Wigyowinoto (Palang Kayo Caruban)
36. Nyai Ageng Hardjo Besari (Tegalreja, Magetan)
37. Kiai Hasan Ulama (Takeran, Magetan)
38. Kiai Imam Mursyid Muttaqin (Takeran)
39. Kiai Muhammad Kusnun Malibari (Tanjunganom, Nganjuk)
40. Kiai Imam Isfandi (Kendal, Ngawi).
Kurang lebih seperti itulah silsilahnya. Namun yang saya ziarahi hanya yang ada di Jawa Timur saja. Itupun hanya beberapa. Ya, semoga saja, lain waktu dapat mengunjungi yang lainnya lagi.