Lihat ke Halaman Asli

Farobi Fatkhurridho

Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Cerpen: Mati di Mimpimu

Diperbarui: 24 Agustus 2020   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Kehidupan di dalam mimpi. (sumber: pixabay.com/Stergo)

Ini adalah cerita tentang bagaimana kita mati dimimpi orang lain. Tidak ada yang bisa mengendalikan bahkan si pemilik mimpi akan terkejut dengan jalan cerita yang dibangun oleh otaknya sendiri. Sebuah perkara sengketa kuasa yang tidak jelas, penuh dengan anomali barangkali untuk memenangkannya.

Tempat tinggal terburuk adalah di mimpi orang lain, apabila orang tersebut bermimpi buruk kita tanpa kendali terseret kedalam lorong panjang gelap disertai bunyi-bunyi gamelan seram yang berdengung pada setiap langkah menuju ketiadaan yang gelap. 

Ketika mimpinya jadi sangat gembira, kita terpental terpelanting menuju menembus langit lalu jatuh lagi menghantam pasir pantai yang diam mengering.

Sampai sekarang bahkan aku tidak mengetahui detail bentuk wajahku sendiri atau berapa usiaku saat ini. 

Yang kuingat, aku sudah berbicara seperti orang dewasa ketika suaranya masih merengek minta ASI ketika tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Aku bisa mengingat jelas masa lalunya, tapi masa laluku sendiri selalu samar setiap kali berusaha mengingatnya.

Pernah beberapa kali aku mencoba sekuat tenaga untuk memikirkan hal tersebut lalu tiba-tiba jatuh ke dalam lubang seukuran tubuhku, aku jatuh lurus dan vertikal, aku tidak merasa berhenti jatuh ketika itu. 

Aku pikir aku jatuh dalam jurang yang tidak ada ujung, yang aku rasakan terkadang aku jatuh dengan kaki sebagai poros lalu selang beberapa waktu kepalaku bergantian menjadi poros. Rasanya seperti bumi yang dilubangi sampai tembus dan badanku sebagai pendulum yang bolak-balik melewati lubang itu mengikuti arus gravitasi setiap sisinya.

Malam ini aku bertemu dengan seorang gadis, parasnya tidak terlalu menarik bagiku, rahangnya lebar dan tulang dahinya terlalu cekung. Aku tidak tahu siapa yang orang ini temui siang tadi sampai refleksi wanita ini masuk ke dalam kepalanya. 

Aku hanya diam menerima respon karena tidak begitu tertarik, tapi lama-lama kepala wanita ini membesar dan terus mengembang, matanya menyempit dan tiba-tiba ia berlari kearahku.

Sontak aku kaget namun badanku tidak bisa digerakkan seperti biasanya, Ia terus berlari kearahku tapi tak kunjung sampai hanya semakin dekat dan semakin besar. Apa saja yang dia lakukan di siang hari, apa dia tidak pernah bertemu wanita cantik. 

Jarang sekali ada gadis baik-baik berkunjung dalam pikirannya, semuanya menyeramkan dan selalu mengejarku dengan wajah-wajah mereka yang buruk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline