El Nino merupakan momok menakutkan bagi sektor pertanian dan ancaman. El Nino di Indonesia diprediksi puncaknya akan terjadi di bulan Agustus--September 2023. Hal ini dikemukakan kepala Badan Meteorologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati di istana Negara Jakarta, Selasa 18 Juli 2023 (dilansir dari tempo.co, 18 Juli 2023).
Sebagai referensi El Nino merupakan fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik Tengah dan Timur meningkat secara signifikan, telah menjadi tantangan serius bagi pertanian di seluruh dunia.
Dampaknya meliputi curah hujan yang tidak teratur, kekeringan, suhu ekstrem, dan fluktuasi iklim yang tidak stabil. Untuk menghadapi tantangan ini, inovasi dalam model pertanian menjadi sangat penting.
Selaras dengan itu, El Nino, fenomena cuaca yang terjadi secara periodik, telah menjadi perhatian utama bagi sektor pertanian di seluruh dunia. Dikenal sebagai fase hangat dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO), El Nino menyebabkan perubahan pola cuaca yang dapat memiliki dampak signifikan terhadap pertanian dan ketahanan pangan.
Terkait dengan El Nino ini, kita akan menjelajahi dampak El Nino terhadap sektor pertanian dan beberapa solusi yang dapat membantu menghadapinya.
Pertama: Kekeringan yang Ekstrem
Salah satu dampak utama El Nino adalah peningkatan risiko kekeringan yang ekstrem. Curah hujan yang berkurang secara signifikan dapat mengganggu siklus pertumbuhan tanaman, menyebabkan penurunan produksi hasil pertanian, dan mengurangi ketersediaan air untuk irigasi.
Tanaman padi, jagung, kedelai, dan tanaman lain yang membutuhkan pasokan air yang konsisten akan menderita dampak yang serius.
Solusi untuk menghadapi kekeringan yang disebabkan oleh El Nino, penting untuk mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan yang lebih efisien dalam penggunaan air. Ini termasuk penggunaan teknik irigasi yang hemat air seperti irigasi tetes atau pengairan tanaman secara terarah.