Rakyat kecil di Republic ini selalu tersakiti, bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. Contohnya akibat suatu kebijakan, rakyat kecil makin suit dapat hiburan. Suntik mati TV analog adalah contohnya. Mulai tanggal 2 November tahun 2022 yang lalu pelaksanaan Analog Switch Off ( ASO ) atau pengehentian siaran TV analog telah dimulai. Alasannya bermacam-macam, antara lain dengan TV digital masyarakat bisa mendapatkan kuaitas gambar yang lebih jernih dan canggih berbeda dengan TV analog yang gambarnya terkadang ada semutnya.
Kemudian Rakyat kecil semakin terbuai dengan pernyataan berbagai pihak yang mengungkapkan dengan TV digital masyarakat bisa menikmati lebih banyak konten. Seperti dikepulauan Riau yang sebelumnya hanya ada 6 saluran TV, akan menikmati lebih dari 20 siaran. Terlepas dari itu semua Rakyat kecil Cuma butuh hiburan, butuh menonton acara dangdutan di TV Ketika Lelah bekerja seharian atau butuh menonton sinetron bagi emak-emak yang lagi galau atau hanya ingin mnikmati dan mendukung Timnas sepabola berlaga diberbagai event.
Dengan situasi ekonomi rakyat kecil saat ini, keberatan pertama muncul Ketika harus membeli Digital yang harganya cukup mahal bagi kantong masyarakat kecil. Seandainya digitalnya mampu dibeli pengeluarannya semakin bertambah untuk membeli pulsa paket hiburan dan olahraga. Padahal disatu sisi menonton Siaran TV sangat bermanfaat menghilangkan stress setelah bekerja seharian disawah, diladang atau di pabrik.
Menurut seorang Buruh Pabrik sebut saja Ani, yang sehari-harinya bekerja di suatu perusahaan Garmen di Bukittinggi Sumatera Barat. Saat ini kami makin sulit dapat hiburan karena tidak punya digital dirumah. Pada hal niat sepulang kerja ingin berkumpul Bersama keluarga sembari menonton siaran TV favorit. Akibat suntik mati TV analog jadi gagal deh...lanjutnya. Lain lagi cerita pak alimunir seorang Petani di Kabupaten Pasaman yang menuturkan, ia sanggat sulit menonton pertandingan sepak bola dimana beliau mengaku sebagai pendukung fanatic Timnas Indonesia. Saat ini untuk menonton Piala AFF 2022 ia harus nongkrong diwarung atau kedai kopi karena ketiadaan TV digital dan uang untuk membeli pulsa paket piala AFF.
Beliau mengungkapkan lagi kondisi ini cukup berat baginya, kalau nonton di kedai kopi berarti ia harus mengeluarkan biaya lagi untuk membeli kopi, gorengan atau sepiring Nasi Goreng. Nggak enak dong sama yang punya warung kalau di kedai kopi tersebut tidak jajan hidangan yang disuguhkan pemilik warung pungkasnya lagi. Senentara disisi lain siempunya warung melaksanakan nonton bareng agar barang dagangannya laris manis terjual.
Mungkin itulah ganbaran betapa susahnya rakyat kecil dapat hiburan. Kalau dulu sih enak, ada layar tancap, wayang golek semalaman atau nonton randai ( kesenian Khas Ranah Minang ) sampai pagi. Sekarang seiring dengan perkembangan zaman kesenian tradisional dan hiburan rakyat ini punah. Diganti dengan nontoa acara ditelevisi seperti KDI, Liga Dangdut atau sinetron unggulan yang semua nya memerlukan paket untuk menontonnya. Yang berarti pula tambahan pengeluaran bagi rumah tangga. Kalau jaman dulu sih enak, ada TVRI yang semua siarannya gratis.
Kondisi rakyat kecil susah dapat hiburan sangat terasa dipedesaan apalagi ditengah turunnya harga komoditas pertanian yang menjadi tumpuan hidup mereka dan munculnya berbagai persoalan hidup, stress pun melanda. Solusinya butuh hiburan dan yang paling memungkinkan adalah Menonton siaran televisi. Namun faktanya dengan pelaksanaan ASO Rakyat kecil makin susah dapat hiburan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H