Lihat ke Halaman Asli

Menusukmu dari belakang

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masih ingat dengan kematian itu?

Tak ada darah ditangan-tangan, namun tercabut perlahan. Banyak korban merongrong terdiam.

Saling mengadu. Apapun diadu. Seperti dadu diatas meja-meja kesunyian.

Masih ingatkah itu?

Kejadian dimana hal-hal kecil berubah menjadi hal-hal besar. Berteriak perlahan mengecil hingga membisu.

Di ruang disaksikan beribu orang sorak sorai meneriakkan kematiannya (di sebuah pulau yang dihuni oleh berjuta umat manusia)

Sangat disayangkan ajal saja belum menjemput bumi yang sedang duduk bersantai sambil mendengar bisikan bibir-bibir saling mencibir.

Tapi dia telah mati. Tertusuk oleh buah apel yang menjadi tajam.

Sebenarnya dimana peristiwa itu?

Di atas tanah yang terbangun oleh pesakitan-pesakitan terbungkam.

Rasanya . . .

Sangat kelam.

Jogja, 14 Juni 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline