Lihat ke Halaman Asli

Farli Lilawaldi

Hobbyist Digital Writer

Quarter Life Crisis: Ketika Cita-cita Terbentur Realita

Diperbarui: 20 April 2021   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Galau. Sumber: pixabay.com

"Mau jadi apa aku ya dimasa mendatang?"

"Harusnya Aku tidak mengambil keputusan ini"

"Bagamana jika aku gagal lagi?"

Kalimat-kalimat tersebut sering kali muncul dalam benak anak muda yang sedang dihadapi dengan beragam polemik saat memasuki awal fase menjadi dewasa.

Dalam budaya Indonesia, ketika kita telah menyelesaikan kewajiban masa 'belajar', maka kita sudah dianggap dewasa. Saat masa persimpangan inilah, biasanya kita terjebak dalam kebingungan, dengan usaha apa yang harusnya kita maksimalkan demi memenuhi masa depan indah yang diharapkan oleh orang tua. Hal yang membuat kita bingung adalah, di dalam berbagai pilihan yang ada, keputusan mana yang harusnya kita ambil.

Quarter life crisis ini sebenarnya hanyalah sebuah fase dimana kita dihadapi dengan transisi kehidupan sebelumnya menuju kehidupan selanjutnya. Yang tidak seharusnya dihadapi dengan rasa takut dan bingung yang berlebihan. Perasaan-perasaan yang berlebih itulah, yang justru membuat kita malah semakin terpuruk dan terjebak di dalamnya. Kemudian menyebabkan kita semakin tidak kuasa untuk mengambil keputusan, dan hanya akan berakhir pada paradox kebingungan tanpa henti.

Hal ini biasanya akan muncul ketika kita menyelesaikan masa sekolah, saat kita dewasa memang akan ditujukan beberapa pilihan untuk menjalani kehidupan, tapi akan muncul juga keraguan di dalamnya.

Sejak kecil, tahapan kehidupan kita seolah sudah ditentukan oleh lingkungan dan budaya. Mulai dari TK, kemudian SD, lalu kemungkinan diteruskan ke SMP, dan SMA/SMK. Setelahnya, ada sebagian orang yang mulai dilanda kebingungan ketika memutuskan arah jalan kehidupan, dan ada juga yang sudah memastikan diri akan kemana arah kehidupannya. Itulah mengapa, ada beberapa perbedaan masa dan usia seseorang mengalami krisis ini.

Selepas masa wajib belajar itu, umumnya kita akan dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang sederhana, seperti melanjutkan kuliah lagi, memulai karir, atau langsung menikah.

Namun, ketiga pilihan tersebut juga punya jebakan-jebakan yang bisa membuat kita berpikir untuk terus mempertimbangkan, ke mana langkah yang dapat memaksimalkan kepuasan batin kita?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline