pendidikan adalah unsur penting dalam sebuah komunitas masyarakat. Pendidikan dapat kita sandingkan sebagai salah satu dari tujuh unsur budaya menurut Koentjaraningrat yaitu sistem pengetahuan (2015:164). Unsur budaya tersebut membentuk sistem dalam masyarakat.
Walaupun demikian banyak diantara masyarakat terutama masyarakat pedesaan yang menganggap pendidikan merupakan hal yang kurang penting terutama berkaitan dengan pendidikan dalam lembaga formal. hal tersebut sangat jauh berbeda jika kita bandingkan dengan masyarakat perkotaan yang rela mengeluarkan uang dan waktu untuk sebuah gelar pendidikan formal.
Namun pada masa modern ini semua anggapan ini sejatinya telah bergeser menjadi sebuah bentuk gaya hidup. Istilah gaya hidup sendiri masih banyak diperdebatkan sampai saat ini, apakah ini merupakan istilah merujuk pada sebuah kebiasaan menghabiskan uang atau merupakan segmentasi pasar. walaupun demikian dalam sosiologi, gaya hidup dapat dikatakan sebagai pola-pola tindakan yang membedakan antara orang satu dengan orang yang lainnya dan konsep ini digunakan untuk memahami apa yang orang lakukan, mengapa mereka lakukan, dan apakah hal tersebut memiliki makna (Chaney, 1996:40).
Tentu hal tersebut dapat kita pahami apa alasan subjektif seseorang melakukan hal tersebut. Pada masa modern ini pemerintah sudah mewajibkan wajib belajar minimal 12 tahun yaitu SMA sederajat sebagai pendidikan akhir yang berdampak pada minimal lowongan pekerjaan yang ada. Pendidikan bukanlah sebuah komoditas yang murah, akan tetapi pada teori sebuah lembaga pendidikan dituntut untuk nirlaba.
Akibatnya banyak permasalahan muncul yang butuh perhatian lebih oleh pemerintah, masyarakat yang memiliki modal dan kemampuan lebih pada umumnya memilih untuk masuk sekolah atau universitas berkualitas walaupun biayanya mahal. sedangkan masyarakat kurang mampu hanya bisa pasrah dengan konsekuensi tidak berkembang atau dalam suatu kasus mereka rela menjual aset agar bisa tetap mendapatkan pendidikan.
Hal ini menandakan bahwa pendidikan sudah menjadi kebutuhan primer. Pendidikan sudah menjelma menjadi sebuah legitimasi masyarakat dimana status akan diakui jika memiliki pendidikan yang tinggi dibuktikan dengan ijazah untuk persyaratan bekerja. bagi masyarakat mampu hal tersebut mudah karena memiliki kapital atau modal, sedangkan bagi masyarakat kurang mampu hal ini menjadi sulit karena harus memerlukan usaha lebih dan bahkan sampai mengorbankan banyak hal. mengeluarkan uang untuk pendidikan bukan berarti hanya membuang uang untuk sebuah gelar, hal ini merupakan kapital manusia atau investasi.
Kapital manusia sendiri merupakan konsep gagasan oleh Schultz, menurutnya kegiatan memperoleh keterampilan dan pengetahuan dalam pendidikan bukan sekedar kegiatan konsumtif melainkan bentuk investasi sumber daya manusia yang berguna meningkatkan kemampuan produksi dari tenaga kerja (dalam Damsar, 2015:177).
Semakin tinggi pendidikan maka akan tinggi pula surplus penghasilan yang diterima saat ia bekerja. hal ini terjadi akibat adanya legitimasi atau pengakuan kepemilikan kapital manusia berupa keterampilan, pengetahuan, keterampilan, dan simbol lainnya. tentu hal tersebut bukan menjadi acuan utama karena seperti yang sudah banyak diketahui umum bahwa keterampilan itu ada yang berbentuk softskill dan hardskill. akan tetapi pada praktiknya jenjang pendidikan formal sudah menjadi acuan dalam dunia kerja.
hal ini sudah menjawab mengapa pendidikan menjadi bentuk gaya hidup modern, jika pada masa lampu legitimasi atau pengakuan berada pada kepemilikan tanah atau alat produksi. maka pada masa modern ini legitimasi bergeser kepada kapital manusia yang dimana pendidikan menjadi unsurnya. masyarakat modern berlomba-lomba untuk memiliki kapital manusia tersebut yang akhirnya menjadi gaya hidup masyarakat modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H