Tantangan pertanian saat ini memasuki era global dengan kondisi masalah poverty and food security masih menjadi fokus dunia. Permasalahan climate changes salah satunya berdampak pada ketersediaan pangan dunia. Indonesia dalam andil mewujudkan pangan dan lumbung dunia menjadi nawacita Presiden Joko Widodo untuk bisa kita wujudkan. Pertanian saat ini diharapkan tidak hanya memperhatikan dari segi produksi, melainkan juga berwawasan lingkungan.
Desa Sukorambi merupakan desa sentra hortikultura untuk wilayah Kabupaten Jember. Mayoritas petani hortikultura menanam berbagai sayuran mulai dari sawi, kacang panjang, bayam, cabai, kangkung, dan produk hortikultura lainnya. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) seperti hama masih menjadi masalah utama dalam proses budidaya. Spodoptera litura dan golongan dari Aphid menjadi hama utama untuk tanaman budidaya. Petani masih cenderung menggunakan pestisida sintetis sebagai upaya pengendalian.
ADU (Anti Residu) adalah hilirisasi hasil riset yang telah melewati berbagai tahapan penelitian dan terbukti ampuh untuk solusi pertanian dimasa depan. ADU dengan bahan kulit gambas, biji lerak, dan daun pegagan terbukti dapat menurunkan residu pestisida sintetis pada produk pertanian. ADU memiliki sifat sebagai pencuci dengan kandungan saponin yang tinggi. Produk pertanian yang terbebaskan oleh residu akan lebih sehat dan bebas dari zat pencemar serta berbahaya. Program ini didukung oleh pendanaan melalui LP2M Universitas Jember dengan skema Desa Binaan yang diketuai oleh Dr. Ir. Mohammad Hoesain, MP dengan anggota Ankardiansyah Pandu Pradana, Sigit Prastowo, Aryo Fajar Sunartomo, dan Fariz Kustiawan Alfarisy. Pengenalan ADU dilakukan dengan memberikan penyuluhan bagaimana proses dan aplikasi di lapang serta kebermanfaatan untuk pertanian di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H