Limbah plastik merupakan salah satu limbah yang paling sulit untuk terurai di tanah. Limbah plastik membutuhkan waktu 10 hingga 1000 tahun agar terurai dengan sempurna. Banyaknya produksi bahan plastik sebagai bahan baku pembuatan produk dikarenakan karakteristik plastik yang kedap air, ringan, lentur, dan mudah dibentuk menjadi sebuah benda atau produk. Plastik pada umumnya digunakan untuk bahan baku pembuatan kemasan makanan dan minuman, peralatan rumah tangga, dan lain sebagainya.
Menurut Our Word In penumpukan limbah plastik mencapai 146 juta ton pertahun, dan limbah yang paling banyak adalah kemasan makanan. Penumpukan jumlah limbah plastik yang besar sangat berpengaruh terhadap lingkungan. Pencemaran air, tanah, dan bahkan udara bisa menjadi pengaruh penumpukan limbah plastik. Plastik dapat menyumbat irigasi air dan menimbulkan bencana banjir. Tidak hanya itu, plastik yang terpapar sinar UV akan menjadi microplastic yang dapat mencemari air yang sehari-hari diminum manusia dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan bagi para konsumen.
Indonesia merupakan salah satu pemasok sampah plastik yang cukup besar. Pada tahun 2021 Indonesia menghasilkan limbah plastik sebanyak 11,6 juta ton. Pemerintah pusat dan daerah telah melakukan berbagai upaya dalam penaggulangan limbah plastik yang menumpuk yang hingga kini belum terselesaikan. Perbandingan penggunaan plastik dan pengelolaan limbah plastik dengan cara yang efektif haruslah seimbang agar limbah plastik tidak menumpuk dan menyebabkan banyak dampak negatif bagi manusia.
Kesadaran dan edukasi masyarakat Indonesia yang masih kurang terhadap pentingnya pengelolaan limbah plastik masih menjadi faktor utama. 42,23% dari sampah plastik yang dihasilkan adalah limbah plastik yang berasal dari produksi rumah tangga. Limbah plastik rumah tangga berasal dari pemakaian kemasan makanan dan minuman yang kemudian dibuang sembarangan di sungai, selokan, dan saluran air lainnya, dan pada akhirnya akan bermuara di laut dan akan terombang-ambing di permukaan laut bahkan menjadi makanan bagi biota laut. Keadaan diperkeruh dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya dan kebutuhan penggunaan plastik akan semakin bertambah.
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) merupakan muara akhir bagi limbah plastik yang digunakan manusia. Namun, sering sekali ditemukan TPA yang kapasitasnya melebihi batas tampung. Keadaan ini bukan tanpa alasan, pengelolaan yang kurang baik dan penggunaan plastik yang terlalu banyak adalah penyebabnya. TPA di Indonesia menggunakan sistem buang dan timbun (Open Dumping).
Sistem pengelolaan TPA dengan cara ini dinilai sangat tidak efektif dan tidak efisien. Sampah-sampah ditumpuk dan dicampur tanpa adanya pemisahan sampah basah dan sampah kering. Sehingga, menyebabkan bau busuk dan gas metan. Tidak hanya itu, tumpukan sampah hingga menjadi gunungan sampah yang bisa kapan saja longsor dapat merenggut korban jiwa. Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pada tahun 2021 Indonesia memiliki kapasitas 2,45 miliar meter kubik (m3) setiap tahunnya yang digunakan untuk lahan TPA. Namun ternyata, jumlah tersebut tidak cukup untuk menampung sampah-sampah yang ada di Indonesia. Maka dari itu, masalah penanggulangan limbah plastik ini telah menjadi masalah global yang harus ditangani dengan cara yang tepat khusunya Indonesia.
Ada metode yang cukup populer dalam penanggulangan sampah yaitu metode 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Reuse adalah penggunaan Kembali, contohnya menggunakan wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau yang lainnya. Reduce yang berarti mengurangi, dapat dilakukan seperti penggunaan plastik digantikan dengan bahan yang mudah terurai seperti kertas atau bahan lainnya. Kemudian menggunakan tas belanja berbahan kain sebagai pengganti plastik.
Penggunaan tumblr dan alat makan pribadi berbahan bukan plastik untuk mengurangi sampah plastik minuman dan plastik alat makan seperti pipet, sumpit, sendok plastik, dan lainnya. Cara ini dapat digalakkan pada masyarakat untuk membantu mengurangi penggunaan plastik. Selanjutnya ada recycle, yang dimaksud dengan recycle adalah mendaur ulang. Hingga kini, cara inilah yang masih menjadi solusi terbaik dari permasalahan limbah plastik. Mendaur ulang kembali limbah plastik yang telah digunakan menjadi sebuah produk lain dengan tujuan agar limbah plastik yang sebenarnya berkurang dan mengubahnya menjadi produk yang berguna.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendaur ulang limbah plastik adalah dengan mengolahnya menjadi biji plastik. Limbah plastik seperti botol bekas, mainan anak-anak yang terbuat dari plastik, kemasan makanan, perabotan rumah tangga dikumpulkan kemudian dilakukan pemisahan sesuai dengan warna dan jenis.
Plastik memiliki beragam macam jenis dan klasifikasi. Pada plastik terdapat kode yang tertera pada produk dengan bahan plastik. Masing-masing kode tersebut memiliki makna yang menjelaskan jenis plastik yang digunakan sebagai bahan baku produk. Kode angka 1 mengindikasikan bahwa plastik tersebut menggunakan bahan PET (Polyeth Terephthalate), angka 2 HDPE (High Density Polyethylene, angka 3, angka 4 LDPE (Low Density Polyethylene), angka 5 PP (Polyprohylene), angka 6 PS (Polystryrene), dan angka 7 adalah bahan plastik lainnya (Other). Dengan adanya kode tersebut dalam proses pemisahan menjadi lebih mudah. Pemisahan berdasarkan warna plastik juga dilakukan untuk menentukan harga jual dari biji plastik. Pada umumnya plastik trasparan pada umumnya memiliki harga jual yang cenderung lebih tinggi dari pada plastik dengan warna lain.
Setelah proses pemisahan, plastik-plastik akan dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil dengan ukuran 2 mm – 5 mm. Kemudian plastik akan dicuci dan dikemas sesuai dengan jenisnya. Selain dijadikan biji plastik, cara efektif lainnya untuk mencegah penumpukan limbah plastik adalah dengan menerapkan penggunaan plastik biodegradable. Pengunaan plastik jenis ini bisa menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah limbah plastik di Indonesia. Plastik biodegradable merupakan jenis plastik yang terbuat dari pati atau amilum yang dapat diperoleh dari singkong, sagu, jagung, dan tanaman yang kaya akan karbohidrat. Hal ini dikarenakan sifatnya yang mudah terdegradasi di alam oleh mikroorganisme. Namun, ada beberapa kekurangan yang ada pada jenis plastik ini yaitu, tidak elastis dan bersifat hidrofilik. Hal ini yang menyebabkan pada proses pembuatan ditambahkan campuran lainnya yaitu kitosan sehingga dapat mengatasi sifat hidrofilik menjadi hidrofobik dan penambahan gliserol yang dapat memberikan sifat elastis pada plastik biodegradable.