Lihat ke Halaman Asli

Farizanshari

Mahasiswa Agribinis

Upaya Perdagangan dan Pemasaran Digital Marketing Pada PPAH

Diperbarui: 25 Agustus 2023   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1.1

Upaya Perdagangan dan Pemasaran Digital pada PPAH
(Pusat Pelayanan Agen Hayati) Lestari di Desa Sengguruh
Kecamatan Kepanjen Malang, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

Pemasaran didefinisikan oleh Kotler et al. (2005) sebagai aktivitas yang dilakukan individu dan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukarang. Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler & Keller (2012), pemasaran diartikan sebagai suatu fungsi kelompok dan sekumpulan proses dalam mengupayakan penciptaan, komunikasi dan pemberian nilai bagi konsumen melalui cara yang tetap menguntungkan kelompok terkait dan para pemangku kepentingan dalam kelompok. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk merencanakan dan mengupayakan pertukaran barang, jasa, dan nilai dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen atau pelanggan agar mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan atau organisasi tersebut.

Kegiatan pemasaran sendiri membutuhkan perencanaan strategis yang ditujukan untuk memenuhi keinginan dan aspirasi pelanggan untuk mencapai keuntungan yang diinginkan melalui proses pertukaran atau transaksi (Rambe & Aslami, 2021). Maka dari itu, setiap perusahaan harus mampu memberikan kepuasan bagi konsumen atau pelanggannya agar dapat memperoleh tanggapan yang positif atas produk yang diberikan. Selain itu, perusahaan juga memiliki tanggung jawab penuh atas kualitas produk yang diberikan. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kepuasan pelanggan atau konsumen dengan tujuan akhir yaitu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.

Konsep pokok yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia, dimana dengan perkembangan jaman, kebutuhan berkembang menjadi suatu keinginan mengkonsumsi suatu produk dengan ciri khas tertentu. Kemunculan keinginan juga akan menciptakan permintaan spesifik terhadap suatu jenis produk dan ketika seseorang menentukan keputusan pembelian, mereka akan mempertimbangkan nilai dan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu produk. Ketika konsumen yakin atas nilai dan kepuasan yang didapat, maka konsumen akan melakukan pertukaran dan transaksi jual beli. Hal tersebut menjadi dasar dari terjadinya pasar. Sehingga, konsep inti pemasaran mengacu pada kebutuhan, keinginan, permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan pasar.

Dalam lingkup agribisnis, kegiatan pemasaran produk pertanian akan membuat produsen harus mengetahui kondisi dari suatu pasar baik di sisi permintaan konsumen, pembentukan harga, maupun peraturan yang berlaku dalam memasarkan suatu produk, serta hasil atau keuntungan yang akan diperoleh dalam memasarkan suatu produk pertanian (Sunarto & Zainuddin, 2017). Maka dari itu, dengan ciri produk pertanian yang berbeda dengan produk lain, dibutuhkan strategi untuk mengoptimalisasi fungsi-fungsi pemasaran seperti fungsi penjualan, fungsi fisik dan fungsi penyedia sarana. Tidak hanya itu, dalam melakukan pemasaran produk pertanian, dibutuhkan juga pembentukan strategi yang mengacu pada bagaimana cara memproduksi, hasil produk yang ingin dijual, penjualan produk, teknik pemasaran yang dilakukan dan bagaimana produk itu muncul secara sosial.

2.2 Pemasaran Digital (Digital Marketing)
Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan dampak dalam dunia pemasaran menjadi terdigitalisasi. Era digital telah memberikan cara baru dan kemudahan bagi para pemasar untuk mempelajari perilakuk konsumen, produk, merek dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan maupun keinginan konsumen. Pemasaran digital merupakan suatu kegiatan pemanfaatan teknologi digital guna menciptakan komunikasi yang terintegrasi, memiliki tujuan dan terukur untuk membantu mendapatkan dan mempertahankan pelanggan sekaligus membangun keterikatan yang lebih dalam (Rumondang et al., 2020). Dengan menggunakan pemasaran digital, pelaku bisnis atau perusahaan dapat memperoleh peluang untuk memasarkan dan mengenalkan produknya ke pasar yang lebih luas dengan dengan harga yang lebih terjangkau.
Salah satu pemasaran digital yang dapat dilakukan adalah melalui media sosial. Di era ini, banyak masyarakat yang sudah menggunakan media sosial dan banyak perusahaan yang semakin gencar melakukan investasinya di media sosial. Social media marketing dapat diartikan sebagai penggunaan saluran media sosial untuk mempromosikan perusahaan dan produk yang dimiliki, dimana jenis pemasaraqn ini dapat dianggap sebagai bagian dari aktivitas pemasaran online yang melengkapi strategi promosi berbasis offline (Qurniawati, 2018). Maka dari itu, penggunaan social media marketing juga dapat dimanfaatkan dalam produk pertanian agar dapat dikenal oleh lebih banyak masyarakat.Penggunaan media sosial untuk produk pertanian yang mampu menjangkau lebih banyak pelanggan akan memberikan beberapa keuntungan (Sekali, 2023). Pertama, akan memungkinkan petani dan pemasok pertanian untuk melacak dan menganalisis data maupun informasi pasar secara realtime sehingga membantu petani dalam memahami preferensi konsumen. Kedua, petani dan pemasok pertanian juga dapat membuat dan mengelola kampanye pemasaran digital yang efektif untuk mempromosikan produk pertanian yang dimiliki melalui media sosial yang sangat banyak digunakan saat ini. Adanya peningkatan kemampuan ini sangat penting dan akan membantu petani atau pemasok pertanian dalam perdagangan yang efektif dan tetap mengikuti zaman karena dilakukan melalui teknologi dan internet. Maka dari itu, implementasi digital marketing melalui media sosial juga akan membuat proses bisnis mereka dapat lebih optimal.

Gambar 1.2

Agens hayati atau pengendalian hayati merupakan usaha pengendalian terhadap populasi hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan musuh alami seperti pemangsa, predator, patogen. Dalam segi ekologi, agens hayati mengacu pada fase dari pengendalian alami yang mencakup seluruh pengaturan populasi hayati tanpa campur tangan manusia. Penggunaan agens hayati merujuk pada proses manipulasi secara langsung menggunakan musuh alami atau pesaing organisme pengganggu dan dampak negatif yang diberikan. Agens hayati dapat dilakukan melalui pergiliran tanaman dan beberapa sistem pengelolaan tanah, pemupukan yang dapat mempengaruhi mikroba tanah; penggunaan bahan kimia untuk merubah mikroflora; pemuliaan tanaman; dan penambahan mikroba antagonistic pada patogen (Faizah, 2018). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa agens hayati adalah penambahan mikroba antagonis ke dalam suatu lingkungan untuk mengendalikan aktivitas patogen.

Agens hayati menjadi salah satu alternatif pengendalian hama yang aman bagi lingkungan dan dapat menekan residu kimia (Wardati et al., 2013). Maka dari itu, agens hayati memiliki potensi besar sebagai pengendali hama dan termasuk ke dalam golongan bakteri, jamur dan nematoda entomopatogen. Agens hayati digunakan untuk melindungi tanaman dan mendukung pertumbuhan tanaman. Bagi agens hayati, tanaman menyediakan nutrisi agens dalam bentuk eksudat akar yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Pemanfaatan agen hayati untuk menekan pertumbuhan cendawan patogen sudah banyak dilakukan, karena memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Aplikasi agen hayati tidak meninggalkan residu, dan menyebabkan resistensi tanaman terhadap penyakit. (Lestari et al., 2021)

Jenis dari agens hayati sendiri adalah berupa jamur, bakteri, virus, nematoda, mikroplasma, protozoa atau jasad renik lainnya yang sering disebut entomopatogen, serta golongan hewan dan serangga yang bersifat predator. Dengan sifatnya yang ramah lingkungan, keuntungan penggunaan agens hayati adalah tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan keracunan pada manusia atau hewan; tidak menimbulkan resistensi terhadap hama; musuh alami bekerja selektif terhadap mangsa atau inangnya; dan lebih murah serta dapat bersifat permanen dalam jangka panjang. Namun, agens hayati juga memiliki kelemahan yaitu hasilnya sulit diramalkan dalam waktu yang singkat; memerlukan biaya yang cukup besar pada tahap awal baik untuk penelitian maupun untuk pengadaan sarana dan prasarana; pembiakan di laboratorium kadang-kadang menghadapi kendala karena musuh alami menghendaki kondisi lingkungan yang khusus; dan teknik aplikasi di lapangan yang belum banyak dikuasai. (Faizah, 2018)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline