Peran perpustakaan dalam pembinaan literasi adalah mencari, menyeleksi dan mengisi perpustakaan dengan berbagai sumber informasi yang lengkap. Tentu saja sumber informasi yang terdapat di dalam perpustakaan haruslah lengkap dan menyeluruh. Jadi koleksi yang dipasang tidak sembarang sumber buku yang tidak berbobot.
Peran perpustakaan dalam pembinaan literasi yaitu:
Sebagai pusat informasi, Peran yang pertama adalah sebagai pusat informasi. Kenapa demikian? Karena di dalam perpustakaan menyimpan banyak sekali koleksi sumber referensi, sumber bacaan dan sumber ilmu pengetahuan. Dimana sumber pengetahuan tersebut dikemas dalam bentuk beragam. Ada yang dikemas dalam bentuk buku, DVD, video ataupun dalam bentuk suara saja. Menurut Sarwono (2011) peran perpustakaan dalam pembinaan literasi memang menawarkan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat. Dimana masyarakat akan diajak ke berbagai sudut pandang yang tentu saja luas. secara tidak langsung pula, perpustakaan berperan sebagai agen perubahan atau agent of change. Memang tidak banyak yang beranggapan demikian. Alih-alih dinilai positif, ternyata ada yang menganggap bahwa kehadiran perpustakaan sebelah mata. Karena dianggap peran dan tanggungjawab dalam literasi kurang maksimal. Padahal, bagi maysarakat yang sadar akan literasi dan berkunjung membaca buku di sana, akan mendapatkan banyak sekali manfaat. Pada dasarnya perpustakaan tidak sekedar sebagai pusat informasi, tetapi juga membantu dalam pembangunan, sekaligus sebagai agen budaya. Karena di sana ada banyak sekali koleksi buku tentang kebudayaan. Termasuk pula berperan untuk media dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai Sarana Transformasi IlmuPeran perpustakaan dalam pembinaan literasi sebagai sarana transformasi ilmu pengetahuan. Transformasi ilmu pengetahuan yang dimaksud antara pengunjung dengan perpustakaan sebagai sumber informasi pengetahuan. Dari sisi pengunjung, tentu saja ini sangat membantu dalam mendapatkan ilmu secara murah bahkan gratis. Karena pengunjung tidak perlu membayar atau membeli buku yang dibaca. Cukup bermodal datang ke perpustakaan terdekat dan membaca koleksi yang ada di sana, maka ilmu yang dicari pun akan ditemui. Entah disadari atau tidak disadari peran perpustakaan dalam pembinaan literasi transformasi ilmu ini penting. Hal ini demi melanjutkan pengetahuan antar generasi. Ilmu yang tidak diturunkan bisa hilang. Ilmu memang penting sekali ditransformasikan untuk mempertahankan ilmu lama dan menjadikan agar melahirkan ilmu pengetahuan baru.
Membangun Kesadaran Minat Baca
Peran perpustakaan dalam pembinaan literasi sebagai sarana untuk membangkitkan kesadaran akan membaca. Sebagai negara berkembang, Indonesia salah satu negara yang memiliki kesadaran membaca yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari fenomena pemandangan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh sederhana dan kecil, ketika kita berada di transformasi umum kita lebih sering melihat orang bermain gadget daripada melihat yang membaca buku. Iya sih, memang membaca gadget tidak selalu bermain. Bisa saja membaca ebook atau semacamnya. Tetapi ini pun jumlahnya kecil yang memanfaatkan gadget sebagai sumber bacaan. Sedangkan dibeberapa negara seperti di Jepang, kita tidak asing melihat mereka membaca buku ditransformasi umum. Membangun kesadaran minat baca di Indonesia memang tidaklah mudah. Bukan berarti tidak bisa. perpustakaan dalam pembinaan literasi tetap memiliki sumbangsih besar. Salah satu bentuk membangun kesadaran minat baca terkadang dilakukan secara langsung. Misalnya, perpustakaan memberikan sumbangan buku ke rumah baca di masyarakat, untuk meningkatkan minat baca masyarakat.
Sebagai Tempat Sharing Pengetahuan
Peran perpustakaan dalam pembinaan literasi ternyata dapat digunakan sebagai tempat sharing pengetahuan. Banyak yang menjadikan perpustakaan sebagai tempat untuk berkumpul dalam sebuah kegiatan atau ivent. Mulai dari ivent tentang perbukuan, seminar maupun untuk acara talkshow. Dari pertemuan dan kegiatan yang diselenggaran di perpustakaan, setidaknya inilah akan menambah pengetahuan dan ilmu lewat jalur dialog. Dimana segala bentuk input, baik itu input dengan membaca dan mengikusi seminar, keduanya memiliki kemampuan untuk membangun komunikasi. Baik komunikasi ilmiah maupun komunikasi secara verbal. Banyak orang yang menganggap bahwa membangun komunikasi dan mendapatkan ilmu pengetahuan dengan membaca dengan lewaet jalur Pendidikan (sekolah). Padahal lewat dialog ataupun mengikuti seminar juga efektif membangun komunikasi. Bahkan tidak hanya komunikasi, tetapi juga dapat membangun relasi. Satu hal lagi, membangun komunikasi juga tidak selalu berbentuk kemahiran berdialog saja loh. ada hal yang lebih fundamental lagi, yaitu membangun wawasan atau perspektif. Dimana wawasan dan perspektif yang tampak inilah yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar kognitif berkolaborasi dengan kemampuan komunikasi untuk diungkapkan lewaet lisan.
Mencari-Menyeleksi-Mengisi Perpustakaan
Peran perpustakaan dalam pembinaan literasi adalah mencari, menyeleksi dan mengisi perpustakaan dengan berbagai sumber informasi yang lengkap. Tentu saja sumber informasi yang terdapat di dalam perpustakaan haruslah lengkap dan menyeluruh. Jadi koleksi yang dipasang tidak sembarang sumber buku yang tidak berbobot. seorang pustakawan memiliki kepekaan terhadap minat baca masyarakat atau pengunjung. Hal ini dapat dilihat dari tugas yang mereka emban. Mislanya menyimpan koleksi buku yang KIRA-KIRA banyak disukai oleh pengunjung. Jadi tidak asal mengoleksi buku-buku yang ada. Menurut Sarwono peran dan tugas perpustakaan selain sebagai mengisi, menyeleksi dan mencari koleksi buku. Pustakaan juga berperan dalam mengelola dan menyusun, menyimpan buku secara rapi agar mudah ditelurusi atau dicari oleh pembaca. Termasuk pula untuk memperhatikan pelayanan yang yang baik seorang pustakawan kepada pengunjung.