Bimbingan konseling dapat diartikan sebuah penyuluhan yang dapat memberi solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi. Pada bimbingan konseling ini pihak yang lebih ahli atau biasa disebut konselor yang dapat memberikan solusi atas suatu permasalahan yang sedang dihadapi (Muhamad 2014). Bimbingan konseling ini sering kita jumpai dalam ranah pendidikan baik dari PAUD hingga jenjang universitas. Akan tetapi konsep bimbingan konseling dalam ranah PAUD berbeda dengan ranah universitas.
Pelaksanaan layanan dan konseling di PAUD tentu tidaklah sama seperti pelaksanaan konseling pada ranah universitas. Anak usia dini masih sangat membutuhkan perhatian yang lebih, baik dari guru maupun orang tua. Pada prosesnya memerlukan keseriusan bagaimana membangun suasana yang nyaman bagi anak.
Bimbingan dan konseling pada anak usia dini memiliki rentetan sejarah sebelumnya. Rentetan sejarah tersebut memberikan pandangan menjadi terbuka atas bimbingan dan konseling pada anak tersebut. Sejarah pada bimbingan anak usia dini di kemukakan oleh berbagai tokoh yang saling berkaitan. Dengan begitu dapat memberikan pandangan secara luas oleh pembaca.
Bimbingan dan konseling pada anak usia dini dimulai sejak tahun 1880 yang diawali dengan mengemukakan konsep dasar oleh berbagai tokoh. Setelah itu dilanjut dengan pengenalan teori pada perkembangan anak usia dini pada tahun 1920.
Setelah itu dilanjut dengan pengenalan pendekatan humanistik pada tahun 1940. Kemudian yang terakhir yakni dikenalkannya terapi perilaku pada tahun 1950 (Eka, Astuti, and cholimah 2016). Untuk kali ini saya hanya akan membahas konsep dasar, yakni sebagai berikut:
1. Pengembangan konsep dasar (1880) (Eka, Astuti, and cholimah 2016)
Pada pengembangan konsep dasar ini, ada 7 tokoh yang mengemukakan pernyataanya. Adapun tokohnya sebagai berikut :
1) Sigmund Freud
Sigmund freud merupakan seorang neurolog dan psikoanalasis. Ia berkeyakinan bahwa perkembangan anak dapat dilihat dari bagaimana cara orang tua memperlakukannya dikehidupan sehariharinya. Dari hal tersenut dapat dilihat perkembangan anak tersebut. Freud menjelaskan bahwa adanya perkembangan psikoseksual pada anak usia dini.
Dalam pandanga freud setiap tahapan pada perkembangan psiokoseksual terfokus pada aktifitas seksual dan kesenangan yang diperoleh pada aktifitas tubuh. Adapun tahapan perkembangan psikoseksual yakni dimulai pada fase oral (0-1,5 tahun) pada fase ini, anak fokus pada aktifitas mulut misalnya menyusu dan menggigit. Pada fase ini perkembangannya harus pas jika berlebihan bisa mengakibatkan mengumpulkan pengetahuan dan harta bendadan mudah ditipu.
Namun jika perkembangan pada fase oral tidak mengalami kepuasan atau kurang maka, anak akan mengalami tidak pernah puas, tamak memakan apa saja (merokok, menggigit ujung pensil) dan berkata kotor. Selanjutnya yakni fase anal (1,5-3tahun), pada fase ini anak mulai belajar yang namanya toilet training (melatih buang air sesuai tempatnya).