Lihat ke Halaman Asli

Fariz Abdillah

A lifetime learner

The Power of Charismatic Authority

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang yang memiliki kharisma biasanya lebih dihormati orang lain, disegani, atau bahkan diberikan penghormatan khusus untuk dirinya. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk membangun sifat ini dalam dirinya, yang pasti butuh waktu yang cukup lama, tidak dibangun dalam semalam, seminggu, sebulan, atau dalam waktu yang instan. Menariknya, dengan sifat kharismatik ini biasanya menurunkan sebuah kekuasaan, atau biasa disebut dengan charismatic authority Memang, sebagian besar memanfaatkan sifat ini untuk hal yang baik,  walau terkadang ada juga untuk hal yang buruk.

Banyak tokoh berpengaruh di dunia ini yang memiliki charismatic authority, mereka memiliki identitas tertentu supaya lebih dikenali pengikutnya, sebut saja Mahatma Gandhi yang identik dengan baju burkha dan kepala pelontosnya atau Muammar Khadafi dengan topi flamboyan khasnya, dan masih banyak lagi. Identitas tersebut tidak hanya sebagai pepesan kosong, namun mungkin memiliki arti sejarah bagi dirinya. Tentunya ada alasan mengapa mereka disegani pengikutnya atas setiap idealisme yang dipegang teguh.

Berbicara seputar charismatic authority pasti terkait frekuensi, mengapa? Karena dengan frekuensi dapat memunculkan trust dari masyarakat, semakin sering seseorang tampil di muka publik (sebut saja di televisi), semakin besar kans ia untuk selalu diingat dalam memori masyarakat, hal ini berimplikasi orang tersebut memiliki kharisma bagi masyarakat yang menontonnya. Tahukah Anda Sule atau Parto di Opera van Java, Tukul di Bukan 4 Mata, Ayu Tingting dengan lagu “Salah Alamat”-nya? Mereka adalah segelintir orang yang memiliki image yang melekat di masyarakat. Mengapa? Karena semakin besar frekuensinya tampil di khalayak ramai, semakin besar ia mendapat kepercayaan dari masyarakat. Coba pikirkan kalau mereka hanya tampil sebulan sekali atau seminggu sekali di televisi? Mungkin akan lain kisahnya.

Pernahkah Anda mendengar kisah kekuatan sebuah kharisma yang dibangun oleh mantan presiden Amerika Serikat John F. Kennedy melalui radio? Mengapa radio? Bukan hanya karena pada saat itu televisi belum berkembang, Melainkan juga karena dengan radio seseorang bisa berimajinasi sesuai apa yang dipikirkannya, bisa jadi apa yang ada dibenak setiap orang berbeda, tidak ada visualisasi, hanya suara yang dapat didengar. Dikisahkan dulu ketika negara lain berlomba-lomba membuat hal yang baru dan unik, katakanlah berlomba melintasi samudera lintas benua, membuat persenjataan nuklir, menciptakan teknologi mutakhir, dan lainnya, namun presiden Kennedy mengatakan “We choose to the moon! Yes, we choose to the moon! Why we choose to the moon? Because we realize it is hard, and we have to prove it.” Dan, semua orang yang mendengarnya melalui radio bertepuk tangan dengan riuh berulang kali. Coba telaah kalimat yang diucapkan presiden Kennedy, membakar semangat dengan mengatakan sesuatu yang berulang-ulang, seolah-olah yakin untuk mencapainya serta memunculkan aura positif dalam setiap diri. Disini, kekuatan intonasi vokal juga berpengaruh, ingat, dengan radio seseorang bisa berimajinasi sesuai apa yang dipikirkan.

Di akhir, walau tidak terlalu berhubungan dengan konteks diatas, saya ingin menganalogikan dengan kisah “Fortune Taylor” seorang peramal yang dapat menebak raut muka seseorang sebelum diramal dengan mengambil kartu yang disediakan. Akan berbeda raut muka bahagia, optimis, pesimis, khawatir, dan sedih dari setiap orang, sang peramal yang sudah menebak suasana hati calon yang diramal tersebut hanya akan menyuruhnya mengambil kartu berdasarkan raut muka orang tadi. Hey man, it is tricky game! Apa hubungannya dengan kharisma tadi? Seseorang yang memiliki kharisma memiliki kepercayaan diri yang tinggi, selalu yakin atas kebenaran apa yang dilakukan, jarang mendapat tentangan karena memiliki basis yang kuat. Tidak terombang-ambing dalam lautan floating mass. Dan ingat, charismatic authority tidak dibangun dalam waktu singkat, instan, asal cepat jadi. Melainkan butuh proses dan pengorbanan.

terinspirasi dari kuliah Marketing Management Prof. Rhenald Kasali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline